"Sejak Raja mengumumkan pemberian santunan, banyak pihak tertentu memasukkan mayat lain sebagai korban crane. Padahal, sebagian bukan. Nah ini membutuhkan waktu lama bagi Saudi untuk membuktikan valid tidaknya korban crane," kata Agus usai acara 'Konsolidasi Petugas Haji dalam Rangka Persiapan Arafah-Muzdalifah dan Mina' di Al Wehdah 1 Tower Hotel Jarwal Mekah, Senin (28/8/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus mengaku 2 bulan sekali berkomunikasi dengan Kemenlu Saudi dan pihak-pihak lain. Dengan nada bercanda, ia menyebut dirinya sebagai dubes sekaligus debt collector. Bukan menagih utang, tapi janji yang sudah disampaikan Raja Salman.
"Alhamdulillah sore tadi (nota diplomatik diterima). Makanya kabar gembira itu saya sampaikan di sini. Ini adalah komitmen Raja untuk memberikan santunan kepada warga Indonesia yang jadi korban," kata pria kelahiran Semarang ini.
Saat ini, proses verifikasi korban oleh pihak Saudi sudah final. Pencairan hanya menunggu legalisasi dari KBRI. Selanjutnya, KBRI akan menghubungi keluarga korban crane. Tahap ini dinilai tak akan lama.
"Sebagaimana nota diplomatik yang sifatnya 'sangat segera', maka kami akan menindaklanjuti dengan sangat segera juga," jelas Agus.
Dalam nota diplomatik, ada nama-nama korban yang sudah terverifikasi. Agus tak merinci identitas tersebut. KBRI di Riyadh nantinya akan memproses sehingga ahli waris korban meninggal mendapatkan 1 juta Riyal atau setara Rp 3,5 miliar dan korban luka mendapatkan 500 ribu Riyal atau Rp 1,7 miliar. (try/aan)