Tekan Populasi, KLHK Pertimbangkan Kebiri Kera Liar di Boyolali

Tekan Populasi, KLHK Pertimbangkan Kebiri Kera Liar di Boyolali

Heldania Ultri Lubis - detikNews
Minggu, 06 Agu 2017 09:31 WIB
Serangan kera liar di Karanggede, Boyolali (Foto: kiriman warga)
Jakarta - Kawanan kera yang masuk ke permukiman dan menyerang warga di Karanggede, Boyolali, meresahkan warga. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (kLHK) sedang mempertimbangkan opsi kebiri hingga menembak mati para kera untuk menekan jumlah populasi.

"Itu (tembak mati kera) belum opsi, masih sebatas pemikiran. Itu akan kita dalami lagi dengan diskusi bersama ahli dan pengamat satwa," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Bambang Dahono Adji saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/8/2017) malam.

Bambang menyebut munculnya pemikiran untuk menembak mati kera-kera itu karena jumlah populasi kera yang saat ini sudah over populasi. Ia mengatakan satu ekor kera betina bisa melahirkan 5 hingga 8 ekor kera setiap tahunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ini jumlahnya besar sekali. Kita sedang pikirkan bagaimana menanggulanginya. Karena kera ini juga bukan termasuk hewan yang dilindungi, kita ada pemikiran ke sana tapi itu masih kita pikirkan lebih jauh, jangan nanti dibilang kita KLHK mau ngebunuh kera atau apa, semua masih akan kita cari solusi yang terbaik," tuturnya.



Bambang menyebut tindakan cepat atas insiden penyerangan kera terhadap warga ini harus segera dilakukan mengingat kejadian serupa tak hanya terjadi di Boyolali. Ia menyebut hal pertama yang harus dilakukan adalah mengendalikan jumlah populasi kera itu sendiri.

"Karena saat ini jumlahnya sudah sangat banyak. Kalau solusi dari saya, itu kita ambil, dikebiri lalu kita lepas di hutan. Ya hutannya akan kita cari yang cocok di mana, akan kita diskusikan dulu. Kita mau pindahkan ke tempat lain, tapi ini problematik juga karena nanti tempat lain juga akan over populasi. Jadi ini masih kita pikirkan, kita akan lihat dulu," sebutnya.



Lebih lanjut, Bambang memberikan contoh solusi penanganan kera tersebut. Ia menyebut DKI Jakarta telah berhasil melakukan penanganan terhadap topeng monyet yang dulu sempat marak terjadi.

"Saya bisa kasih contoh, di Jakarta dulu sering ada yang namanya topeng monyet kan. Banyak sekali topeng monyet yang keliling itu dan ini berbahaya karena dia rawan penyakit ada rabies, TBC dan sebagainya. Jadi ini kita kerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI kita ambil, kita kebiri, lalu dikarantina di Ragunan. Sekarang ada sekitar 70-80 ekor yang kita lepas di ujung kulon," ucap Bambang.

"Jadi bisa kita lakukan seperti itu solusinya. Tapi bagaimana kalau jumlahnya ribuan? kan susah juga kita kalau terlalu banyak jumlahnya. Makanya ini akan didiskusikan lebih lanjut soal solusinya," imbuhnya.



Sebelumnya diberitakan, sebanyak 14 orang terluka akibat amukan kera di Karanggede, Boyolali, Jawa Tengah. Pemburuan terhadap kera itupun terus dilakukan karena dianggap menganggu dan sangat meresahkan warga sekitar.

Kepala Desa setempat Sukimin mengatakan kera tersebut masuk ke permukiman penduduk dan menyerang warga yang rumahnya berdekatan dengan hutan. Ia menyebut tak mengetahui asal-muasal dan jumlah kera liar yang sering menyerang warga tersebut. Namun selama ini yang sering muncul menurutnya hanya dua ekor.

"Berbagai upaya sudah dilakukan, tetapi belum tertangkap juga. Kalau bisa ya kita pegang hidup-hidup, tapi kalau terpaksa ya kita lumpuhkan," kata Kepala Desa Sendang, Karanggede, Sukimin, Jumat (4/8).

(hld/ams)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads