4 Langkah Galak Duterte yang Bikin Gembong Narkoba Lari ke RI

4 Langkah Galak Duterte yang Bikin Gembong Narkoba Lari ke RI

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jumat, 14 Jul 2017 16:28 WIB
Duterte menjajal 'senapan sniper' pemberian China. Foto: Romeo Ranoco/ REUTERS
Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) menilai kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat jaringan narkoba pindah ke Indonesia. Duterte memberlakukan hukum yang tegas dan dinilai Buwas telah membuat takut bandar narkoba di Filipina.

"Ini hanya satu jaringan yang mengirim 1 ton. Kita belum tahu apakah ini jaringan lama atau baru, karena sekarang dari dampak penegakan hukum di Filipina yang sangat drastis, jaringan-jaringan di Filipina ini sekarang ada di Indonesia dan pasar di Filipina dilempar ke Indonesia," ujar Buwas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Kamis (13/7/2017).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal di Indonesia sendiri, Presiden Jokowi telah menyatakan perang terhadap narkoba. Para bandar narkoba yang mendapat vonis mati kemudian dieksekusi.

Seperti diketahui, sejak dilantik pada 30 Juni 2016 sebagai Presiden Filipina, Duterte menyatakan perang terhadap narkoba. Kebijakan Duterte yang paling dikenal adalah menembak mati bandar narkoba. Selain itu ada pula kebijakan lainnya yang bikin bandar narkoba takut, apa saja?

1. Tembak Mati di Tempat untuk Bandar Narkoba

Sejak terpilih sebagai Presiden Filipina, Duterte menyatakan perang besar-besaran terhadap narkoba. Tak hanya bandarnya saja, bahkan pemakai narkoba ada yang jadi sasaran tembak aparat dari pemerintahan Duterte.

"Jika saya berhasil melaju ke istana presiden, saya akan melakukan persis seperti yang telah saya lakukan sebagai Wali Kota," kata Duterte seperti dilansir AFP, Selasa (10/5/2016).

Duterte sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Davao. Di Kota Davao yang dipimpinnya, Duterte disebut-sebut telah mengerahkan skuad penembak mati yang dilaporkan telah menewaskan lebih dari 1.000 tersangka penjahat. Davao sendiri dikenal sebagai kota yang marak narkoba dan kekerasan. Menurut pendukung Duterte, kejahatan di kota itu menurun drastis sejak Duterte memimpin.

Hingga kini tercatat 7 ribuan orang tewas akibat kebijakan yang diterapkan Duterte. Banyak organisasi HAM yang mengecam kebijakan Duterte namun pria 72 tahun itu tak menggubrisnya.

Bahkan seorang Wali Kota di Filipina ada yang menjadi sasaran tembak terkait narkoba. Wali kota tersebut sempat melakukan baku tembak bersama pengawalnya melawan polisi sebelum akhirnya tewas.

2. Membolehkan Warga Ikut Menembak Bandar Narkoba
Rodrigo Duterte. Rodrigo Duterte. Foto: Reuters

Duterte tak hanya mengerahkan aparat kepolisian saja dalam memerangi narkoba. Dia bahkan membolehkan warganya untuk menembak penjahat narkoba.

"Jika mereka (pelaku kriminal) ada di lingkungan Anda, silakan menghubungi kami, polisi, atau lakukan sendiri jika Anda memiliki senjata. Anda mendapat dukungan saya," ucap Duterte kepada pendukungnya pada Minggu (5/6) malam, seperti dilansir AFP, Senin (6/6/2016).

Hal itu dia katakan setelah terpilih menjadi Presiden Filipina dan belum dilantik. Dia bahkan menawari uang bagi warga yang menembak mati bandar narkoba.

"Saya akan membayar, untuk setiap gembong narkoba: 5 juta peso (Rp 1,4 miliar) jika dia tewas. Jika dia (ditangkap) hidup, hanya 4,999 juta peso," cetusnya sambil tertawa.

3. Melibatkan Militer Memerangi Bandar Narkoba

Korupsi yang terungkap di tubuh kepolisian Filipina membuat Duterte menghentikan operasi perlawanan terhadap narkoba yang dilakukan instansi tersebut pada 30 Januari 2017. Duterte lalu menunjuk badan anti-narkotika Filipina untuk memimpin perang terhadap narkoba dan meminta bantuan militer.

"Saya masih harus menyusun, apakah sebuah pemberitahuan atau sebuah perintah eksekutif, tapi memerlukan AFP (angkatan bersenjata Filipina, -red) dan mengangkat isu narkoba sebagai ancaman keamanan nasional, jadi saya bisa memanggil militer untuk membantu," kata Duterte seperti dikutip dari Reuters, Kamis (2/2/2017).

Duterte mengaku hanya ingin melibatkan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dalam kebijakan memerangi narkoba, karena dirinya tidak lagi mempercayai kepolisian Filipina. Dia menegaskan, tak butuh kewenangan tambahan untuk kebijakan ini.

"Saya masih harus menyusun, apakah sebuah pemberitahuan atau sebuah perintah eksekutif, tapi memerlukan AFP dan mengangkat isu narkoba sebagai ancaman keamanan nasional, jadi saya bisa memanggil militer untuk membantu," tegasnya.

Selain itu ada seratusan polisi yang ketahuan memakai narkoba. Kepala kepolisian setempat menangis setelah mendengar kabar ini.

4. Ingin Eksekusi Mati 5-6 Penjahat Narkoba per Hari

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan niatnya untuk memberlakukan kembali hukuman mati di Filipina. Duterte bahkan mencetuskan keinginannya agar setiap harinya ada 5-6 penjahat kriminal dan narkoba yang dieksekusi mati.

Seperti dilansir AFP, Senin (19/12/2016), presiden berusia 71 tahun ini menjadikan pemberlakuan kembali hukuman mati di Filipina sebagai prioritas legislatif utamanya. Hal itu menjadi bagian dari kebijakan perang brutal melawan kriminal dan narkoba yang sejauh ini telah menewaskan 5 ribu orang.

"Pernah ada hukuman mati sebelumnya, tapi tidak ada hal apapun yang terjadi. Kembalikan itu pada saya dan saya akan melakukannya setiap hari: lima atau enam orang (penjahat). Itu sungguh-sungguh," tegas Duterte dalam pernyataannya pada Sabtu (17/12).

Duterte menegaskan, eksekusi mati penting dilakukan untuk memerangi momok narkoba yang disebutnya telah menghancurkan Filipina.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads