Pertemuan antara masyarakat adat dengan gubernur atau dikenal dengan Bapak Gede itu dibuka dengan pembacaan mantra Sunda. Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra ditunjuk pemimpin tertinggi suku Baduy (Puun) menjadi wakil.
Sekitar 1658 suku Baduy Dalam dan Baduy Luar duduk saling bersila kaki. Mereka terlihat khidmat mendengarkan para tetuanya menyampaikan maksud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang utama dari setiap Seba adalah pemberian Laksa ke Bapak Gede. Laksa adalah olahan padi terbaik dari setiap kampung di Kanekes. Di Laksa konon terdapat semua inti dari aspirasi masyarakat Baduy diberikan ke pemerintah agar paham kondisi yang terjadi di Kanekes.
![]() |
Setelah saling mengucapkan selamat datang, Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra sebagai perwakilan, menuturkan maksud permintaan suku Baduy sebagai yang dititipkan untuk pelestarian alam. Apalagi, di tanah Banten ada Gunung Karang, Pulosari, Panaitan, Ujung Kulon dan sebagainya.
"Mohon dilongok anu kuterkait, sakitu khususna di Provinsi Banten. Atanapi dilestarikeun adat jeung budayana (mohon diperhatikan oleh Provinsi Banten. Juga dilestarikan adat dan budayanya)," kata Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra di hadapan semua perwakilan pemerintah yang hadir.
Mendengar permintaan tersebut Penjabat Banten Nata Irawan berjanji ikut menjaga alam hutan di mana suku Baduy tinggal. "Kita akan bersama-sama menjaga alam agar menjadi lestari," kata Nata Irawan.
Menutup pertemuan tersebut, Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra memberikan pantun Sunda. Yang kira-kira artinya pesan kepada pemimpin Banten agar tidak korupsi.
"Lamun ka malingping liwat Cikeper, ka Rangkas balanja roti. Ingsa Allah lamun jadi pamingpin pasti pinter bisa ngabarantas korupsi," tutur Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra. (bri/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini