"Bagi PDI Perjuangan, Gus Mus menjadi sosok pemimpin kultural keagamaan yang mampu menciptakan keteduhan. Senyum beliau sungguh menyejukkan dengan tatapan mata penuh kelembutan yang mampu meredamkan gejolak amarah sekalipun. Hujatan kepada beliau sebagaimana dilakukan oleh saudara Pandu Wijaya, yang notabene adalah karyawan BUMN tersebut, sangatlah tidak bisa diterima," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangannya, Jumat (25/11/2016).
Baca Juga: Gus Mus Minta Karyawan PT Adhi Karya yang Hina Dirinya di Twitter Tak Dipecat
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Medsos harus menjadi instrumen membangun peradaban yang saling menghormati, mewartakan kebenaran, dan menyuarakan suara rakyat dengan sejujur-jujurnya. Jangan gunakan medsos untuk alat penghujat," imbaunya.
Imbauan juga disampaikan ke kader PDIP. Masyarakat diajak mengedepankan dialog dan bukan saling menghujat.
"Seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan diminta untuk mengedepankan dialog, dan menciptakan suasana kesejukan, dengan berguru pada keteladanan sosok pemimpin yang bersahaja seperti Gus Mus," pungkas Hasto.
Baca Juga: Dirut Adhi Karya: Karyawan yang Hina Gus Mus Dibina Agar Sopan di Ruang Publik
Akibat hujatan ke Gus Mus, Pandu Wijaya yang merupakan karyawan kontrak PT Adhi Karya kemudian mendapat surat peringatan ketiga. Dia dianggap mengganggu ketenangan bekerja.
Gus Mus sendiri meminta agar Pandu tidak dipecat. Gus Mus melihat Pandu sudah menyesal dan minta maaf.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan 'bahasa khusus' di tempat umum. Maklum masih muda," tulis Gus Mus di akun Twitter-nya @gusmusgusmu pagi ini sambil menyertakan emoticon senyum.
(imk/bar)











































