Risiko Pasukan Oranye Pembersih Sungai: Kena Beling hingga Tenggelam

Risiko Pasukan Oranye Pembersih Sungai: Kena Beling hingga Tenggelam

Noval Dhwinuari Antony - detikNews
Selasa, 04 Okt 2016 15:42 WIB
Foto: Noval
Jakarta - Menjadi Pekerja Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias pasukan oranye yang membersihkan sungai dari sampah jelas lekat dengan risiko tenggelam. Bagaimana standar keselamatannya?

"Semua perlengkapan keselamatan sudah ada, pelampung, perahu, serokan sampah, sepatu karet dan lain-lain, lengkap. Pagi sore, sudah dibriefing lewat apel pagi dan apel sore. Kalau ada kecelakaan mungkin itu suatu musibah ya," jelas Nasirin (36), pasukan oranye yang bekerja membersihkan Sungai Ciliwung di titik Ancol Marina, di samping WTC Mangga Dua, Jl Gunung Sahari, Jakarta Utara, Selasa (4/10/2016).

Saat dihampiri detikcom, di titik itu ada sekitar 6 anggota Pekerja Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias pasukan oranye itu hilir mudik mengail sampah di Sungai Ciliwung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasirin menambahkan apel pagi sebelum kerja digelar pukul 08.00 WIB dan apel sore setelah kerja dilakukan pukul 16.00 WIB. Apel biasanya disampaikan Kepala Suku Dinas Kebersihan dan berisi tentang kinerja untuk menjaga lingkungan sungai.

Tentang sosialisasi keselamatan kerja di sungai, Nasirun mengatakan sudah pernah menerima diklat keselamatan saat perekrutan.

"Tapi tetap setiap akan kerja kami selalu diperingatkan. Ada pengawasan, ada sidak. Tapi tidak setiap hari karena titik-titiknya banyak. Kami bisa kena pengawasan atau tidak setidaknya satu bulan dua kali. Dan kalau ketika sidak dilihat ada yang tak pakai alat keselamatan, ditegur. Bahkan bisa kena sanksi pemecatan karena tidak hiraukan instruksi atasan," tuturnya.

Pantauan detikcom, alat keselamatan yang dipakai Nasirin dan kawan-kawan saat itu adalah pelampung dan sepatu karet. Ada yang tidak mengenakan sepatu karet. Mereka bekerja juga tidak memakai sarung tangan, meski Nasirin mengaku sudah disediakan sarung tangan oleh Dinas Kebersihan DKI.

"Suka dukanya banyak. Karena kami bersihkan sungai tak ada habisnya. Kesadaran masyarakat buang sampah kan masih rendah. Kalau musim hujan bermain di air yang deras, itu dukanya," tutur Nasirin.

Selain sampah plastik yang mayoritas ditemukan, ada juga hewan-hewan buas yang ditemui. Namun bila hewan buas yang ditemui, pasukan oranye memilih membiarkannya saja.

"Ada sih, binatang kaya ular, biawak, kami biarkan saja, mereka nggak ganggu. Kalau jenis ular, kebanyakan di sini ular sanca, nggak begitu membahayakan. Kami juga sudah diinstruksikan, kalau ada hewan-hewan seperti itu jangan diambil, jangan angkat, jangan tangkap, dibiarkan saja hidup ketika tak membahayakan. Yang membahayakan paling beling," tutur dia.

Kerja Nasirin identik dengan lingkungan yang tidak higienis dan bau yang tidak sedap. Namun, Nasirin mengaku selalu mandi bersih usai pulang kerja.

"Kalau saya, pulang kerja langsung mandi bersih karena habis berhubungan dengan sampah," kata dia.

Risiko Pasukan Oranye Pembersih Sungai: Kena Beling hingga TenggelamRisiko Pasukan Oranye Pembersih Sungai: Kena Beling hingga Tenggelam


Kalau jam istirahat, sekitar pukul 12.00 WIB-13.00 WIB, ada yang bertugas membeli nasi dan kopi. Nasirin dan rekan-rekannya pun makan pakai sendok yang sudah dibawa dari rumah. Risiko sakit karena bekerja di lingkungan yang tidak higienis pun juga akrab dialami.

"Kalau pas musim hujan adalah sakit flu gitu. Itu karena berhubungan dengan air. Tapi berhubungan dengan air kami juga harus stamina.
Kalau pas musim hujan pasti biasanya flu, penyakit lainnya nggak ada sih," kata dia.

Untuk menjaga stamina, Nasirin sendiri memiliki resep paten. Selalu minum jamu herbal.

"Untuk jaga kesehatan biasanya minum jamu herbal untuk kesehatan. Jelas, dengan minum jamu itu sangat membantu menolong stamina untuk tetap fit," ungkapnya.

Meski demikian, Nasirin yang sudah 3 tahun bekerja sebagai pasukan oranye ini senang. Gajinya yang setara Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI sebesar Rp 3,1 juta setara dengan risiko yang dia hadapi sehari-hari, plus BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan yang diberikan.

Pasukan Oranye bersihkan Sungai JakartaPasukan Oranye bersihkan Sungai Jakarta


"Dulu saya pengangguran 3 tahun setelah sempat bekerja di konveksi. Kalau konveksi gaji saya tergantung adanya order, kalau begini bisa terima gaji tetap," tutur pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini sambil bersyukur.

Seperti diketahui, peralatan keselamatan sangat penting bagi pekerja seperti Nasirin. Kepala Dinas Kebersihan Isnawa Adji menegaskan bahwa pelampung bagi mereka yang bekerja di sungai dan danau itu sudah menjadi standar prosedur tetap keselamatan.

Seperti diketahui, pada Jumat (30/9) lalu, seorang petugas pembersih sungai Usman Maulana (35), ditemukan tewas tenggelam di Pintu Air Busway Grogol 2, Sodetan Kali Sekretaris, Jakarta Barat. Dia ditemukan setelah pencarian selama 2 jam. Usman terpeleset dan jatuh ketika dia membersihkan Sodetan Kali Sekretaris, Jakarta Barat. Saat ditemukan, jasad Usman tak mengenakan pelampung.

Kejadian serupa terjadi pada Senin (3/10/2016) ini. Peter (44), pasukan oranye Ancol tiba-tiba terpeleset dan tercebur dalam Kali Ciliwung di depan WTC Mangga Dua. Peter nyaris tenggelam namun berhasil diselamatkan oleh tim PPSU dan Damkar Jakarta Utara. Peter juga didapati tidak mengenakan pelampung.

Selain dua kejadian itu, ada pula kejadian pada hari Sabtu (1/10/2016) lalu, saat seorang pekerja proyek Jembatan Kali Sunter, tenggelam saat hendak menyeberang dari satu tiang pancang ke tiang pancang lainnya yang berjarak 20 meter. Pekerja proyek yang diketahui bernama Sudiran (44) asal Bojonegoro itu ditemukan meninggal dunia pada Minggu (2/10/2016) dalam keadaan tak pakai pelampung.


Halaman 2 dari 3
(nwk/erd)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads