Kejayaan Romawi dan Turki memberikan warna tersendiri bagi Makedonia. Negara yang menjadi pecahan Yugoslavia ini telah bangkit dari gempa bumi yang cukup hebat tahun 1963. Siapa sangka, ternyata 35 persen populasinya adalah muslim.
Udara hangat mulai menyapa Skopje, ibukota Makedonia. Masyarakat mulai keluar dari rumah, melakukan berbagai aktivitas setelah vakum di musim dingin yang baru saja berlalu. Meski mayoritas penduduk Makedonia adalah pemeluk Ortodoks, cukup banyak masjid berdiri disini, dengan azan yang berkumandang bersahutan.
![]() |
Pemerintahan Turki Utsmani selama 5 abad di Balkan membuat sentuhan Turki sangat terasa disini. Old Bazaar atau pasar tua yang masih terjaga hingga kini adalah salah satu buktinya. Selain menjadi pusat kegiatan jual beli masyarakat, Old Bazaar atau juga dikenal dengan nama Stara Karsija di Skopje juga menjadi cerminan toleransi beragama di Makedonia.
Di pusat pasar, terdapat satu masjid yang menjadi tujuan muslim saat waktu shalat tiba. Era kekuasaan Turki memang membuat banyak bangsa Slav, yang merupakan masyarakat asli Makedonia, berbondong-bondong masuk Islam ratusan tahun silam.
Kedekatan geografis dengan negara Albania juga membuat banyak muslim dari Albania hijrah ke Makedonia dan menambah jumlahnya menjadi tujuh ratus ribu jiwa. Keluarga Bushi adalah pedagang yang cukup besar di Old Bazaar. Di jalanan Old Bazaar, terdapat beberapa toko bernama Bushi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kami berkembang hingga kini membuat marmer. Kami sudah memiliki dua tambang, satu di Prilep dan satu di Kicevo. Tambang di Kicevo sedang memproduksi marmer dengan karyawan 130 orang. Alhamdulillah usaha kami berjalan dengan begitu baik, dan insya Allah kami akan mengembangkannya lagi karena permintaan marmer kami dari seluruh dunia cukup besar," jelas Abdul Bushi.
Salah satu pabrik marmer Bushi terletak di kota Prilep, sekitar dua jam dari Skopye. Di pabrik marmer yang cukup besar ini suara bising mesin pemotong marmer bersahut-sahutan. Pesanan marmer Bushi sedang penuh, tak tanggung-tanggung, hingga ke tanah suci.
"Bisnis berjalan dengan baik. Marmer kami digunakan di Saudi Arabia, Tunisia, juga di beberapa negara di seluruh dunia. Marmer kami juga digunakan di tanah suci Mekkah. Alhamdulillah senang sekali bisa menyediakan alas tempat ibadah umat muslim," jelas Hadis Bushi, si bungsu dari Bushi bersaudara.
![]() |
Di Makedonia juga terdapat sebuah perkampungan muslim yang sangat unik dan terisolir dari kota besar. Letaknya di kota Radovish, sekitar 130 kilometer dari Skopje. Suku ini bernama suku Yuruci. Desa kecil yang dihuni sekitar 50 kepala keluarga ini merupakan salah satu perkampungan muslim peninggalan kekuasaan Turki.
Yuruci memiliki arti Turks atau bangsa Turki. seluruh warga desa Radovish adalah keturunan Turki yang pernah berkuasa di Makedonia sejak abad ke-15.
![]() |
Sulaiman dan keluarga, adalah salah satu keluarga dari suku Yuruci di desa Radovish. Mereka mengenakan baju khas. Pakaian bermotif bunga-bunga ini wajib dikenakan oleh setiap wanita suku Yuruci. Mereka tidak menggunakan baju yang biasa dikenakan orang biasa, karena terikat dengan adat dan budaya.
Baju pernikahan suku Yuruci juga tidak kalah unik. Sadev, seorang gadis remaja yang akan menikah dalam waktu dekat, menunjukkan seperti apa baju pengantin yang dikenakan oleh suku Yuruci. Yang pertama digunakan adalah Mumme, atasan berwarna putih dengan kain berbahan cukup tebal dengan hiasan tenun berwarna oranye keemasan.
Dilanjutkan dengan Futta, celana berwarna putih juga berhiaskan tenun. Setelah itu, Sadev mengenakan Urka, rompi berwarna hitam dan kemudian menimpanya dengan Tuka, kain mirip celemek berwarna senada yang diikat di pinggangnya.
Pakaian ini mirip dengan baju tradisional Turki yan dikenakan oleh wanita-wanita di pedesaan. Bukan hanya pakaian saja yang mengambil budaya Turki, bahasa nasional daerah ini juga bahasa Turki. Sangat sedikit penduduk yang bisa bahasa Makedonia, apalagi bahasa Inggris.
Kalung dan sabuk telah dikenakan, saatnya merapikan rambut sang calon pengantin dan menutupnya dengan scarf pendek. Hiasan tenun di baju dan celana pengantin Yuruci ternyata dibuat hanya menggunakan tangan dan alat-alat yang sederhana.
![]() |
Tidak semua wanita di desa ini menenun baju pengantin. Hanya segelintir wanita yang diajarkan turun temurun dari ibu mereka saja yang bisa. Biasanya untuk menghias satu baju pengantin memerlukan waktu satu bulan.
Pernikahan di desa Yuruci biasanya dilakukan pada hari libur, sabtu atau minggu. Selama dua hari penuh mereka merayakannya bersama keluarga dan kerabat dekat. Biasanya satu kampung akan keluar rumah dan ikut berbahagia bersama sang pengantin.
Desa suku Yuruci memang tidak terlihat ramai. Pasalnya, para lelaki atau suami rata-rata bekerja di luar kota atau luar negeri, seperti di Yunani dan Italia. Suku Yuruci cukup terisolir dari dunia luar. Mereka hanya hidup apa adanya, mengharap berkah Allah SWT.
Kisah selengkapnya saksikan di Jazirah Islam, tayang setiap hari pukul 04.45 WIB di Trans7. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini