Sejarawan UGM: Isi Ramalan Joyoboyo Tiap Tahun Bertambah

Membedah Ramalan Joyoboyo

Sejarawan UGM: Isi Ramalan Joyoboyo Tiap Tahun Bertambah

Sukma Indah Permana - detikNews
Rabu, 30 Des 2015 17:46 WIB
Sejarawan UGM Dr. Sri Margana (Foto: Sukma Indah Permana/detikcom)
Jakarta - Ramalan Joyoboyo rupanya bukan ditulis untuk memprediksi peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Sejarawan UGM Dr Sri Margana M Phil menjelaskan bahkan jumlah ramalan Joyoboyo yang menyebar semakin banyak tiap tahunnya.

"Bahkan, isi ramalan yang beredar di internet itu, tiap tahunnya bertambah isinya. Ditambah sama orang-orang, saya mengamati," ujar Margana.

Hal ini disampaikan Margana kepada detikcom di kantornya Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jalan Sosio-Humaniora, Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (29/12/2015) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak zaman dahulu, penyalinan naskah Ramalan Joyoboyo oleh pujangga Keraton Surakarta juga hampir pasti mengalami perubahan-perubahan oleh penulisnya. Ini mengingat Ramalan Joyoboyo merupakan karya sastra.

Ditambah lagi, naskah Ramalan Joyoboyo dalam bentuk tulisan tidak ada yang lebih tua dari abad ke -19. Sedangkan Joyoboyo hidup di abad ke-12.

"Kalau ada, tolong tunjukkan ke saya. Apakah ada di Keraton Surakarta atau Yogyakarta. Siapa yang menuliskan ramalan Joyoboyo sebelum abad ke-19," kata Margana.

Naskah ramalan Joyoboyo yang ada seluruhnya tertulis dalam aksara Jawa modern. Sedangkan abad ke-12 di masa Joyoboyo menggunakan aksara sansekerta.

"Misalnya ketika ada salah satu kalimat 'pulau Jawa wes kalung wesi (ketika Pulau Jawa telah berkalungkan besi)'. Ketika abad ke-19 dibuat rel kereta api dari Surakarta-Semarang, lalu Batavia Banyuwangi," ulasnya.

Dia menjelaskan kalimat itu ditulis ketika Jawa memang sudah ada rel kereta api.

"Tapi karena diberi judul ramalan Joyoboyo, seolah itu Joyoboyo yang meramalkan," kata Margana. (sip/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads