"Bahkan, isi ramalan yang beredar di internet itu, tiap tahunnya bertambah isinya. Ditambah sama orang-orang, saya mengamati," ujar Margana.
Hal ini disampaikan Margana kepada detikcom di kantornya Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jalan Sosio-Humaniora, Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (29/12/2015) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambah lagi, naskah Ramalan Joyoboyo dalam bentuk tulisan tidak ada yang lebih tua dari abad ke -19. Sedangkan Joyoboyo hidup di abad ke-12.
"Kalau ada, tolong tunjukkan ke saya. Apakah ada di Keraton Surakarta atau Yogyakarta. Siapa yang menuliskan ramalan Joyoboyo sebelum abad ke-19," kata Margana.
Naskah ramalan Joyoboyo yang ada seluruhnya tertulis dalam aksara Jawa modern. Sedangkan abad ke-12 di masa Joyoboyo menggunakan aksara sansekerta.
"Misalnya ketika ada salah satu kalimat 'pulau Jawa wes kalung wesi (ketika Pulau Jawa telah berkalungkan besi)'. Ketika abad ke-19 dibuat rel kereta api dari Surakarta-Semarang, lalu Batavia Banyuwangi," ulasnya.
Dia menjelaskan kalimat itu ditulis ketika Jawa memang sudah ada rel kereta api.
"Tapi karena diberi judul ramalan Joyoboyo, seolah itu Joyoboyo yang meramalkan," kata Margana. (sip/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini