Hal tersebut disampaikan oleh putra tertua Gusti Nurul, KPH Ir Sularso Basarah Soerjosoejarso, kepada wartawan di Istana Mangkunegaran, Rabu (11/11/2015). Sularso mengatakan dalam berbagai kesempatan bersama keluarga Gusti Nurul menceritakan hal tersebut kepada anak-anak dan cucunya. Gusti Nurul meninggal di usia 94 tahun di Bandung pada Selasa (10/11).
"Beliau seorang yang berpemikiran maju, melampaui zamannya. Itu didikan langsung dari ayahanda beliau (Mangkunegoro VII) yang juga seorang bangsawan berpikiran maju," ujar Sularso.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Gusti Nurul, Kembang Mangkunegaran yang Menolak Cinta Sjahrir Hingga Sukarno
Demikian juga ketika menolak didekati oleh Bung Karno maupun Sutan Syahrir. Selain karena alasan tidak mau dipoligami karena saat itu keduanya telah menikah, juga karena Gusti Nurul merasa tidak cocok menjadi pendamping hidup bagi politisi. Gusti Nurul merasa, kehidupan politisi tidak sesuai dengan kehidupan berumah tangga yang didambakannya.
"Sikap berpemikiran maju dan membebaskan pilihan itu, terus beliau tularkan kepada anak-anak. Kami dibebaskan memilih pasangan hidup asal sesuai pilihan dan nyaman menjalaninya. Tidak harus menikah dengan kerabat keraton. Saya menikah dengan perempuan suku Batak, bapak dan ibu juga sangat mendukung," ujar Sularso. (mbr/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini