"Salah besar kalau orang gila dipasung. Malah kasihan mereka itu. Tidak akan sembuh karena dia tak bisa komunikasi dengan orang lain dan malah tertekan," kata Djliteng kepada detikcom, Minggu (27/9/2015).
Pendiri pedepokan perawat orang gila Among Budaya Sastro Loyo ini siap menampung orang gila dengan beberapa syarat. Pihak keluarga harus mempercayakan perawatan pasien kepada Djliteng dengan cara dibiarkan menginap di pedepokan yang berlokasi di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Keluarga harus tetap menyambung silaturahmi dengan pasien agar suatu saat kalau sembuh, pasien ada yang mau menerima untuk kembali ke masyarakat," sebutnya.
Djliteng menegaskan, pada dasarnya penderita gangguan jiwa bisa disembuhkan. "Mereka ini manusia, saya punya keyakinan semua manusia bisa diajari layaknya manusia. Karena manusia lebih sempurna dari pada hewan. Hewan saja bisa, masa manusia endak bisa," tegasnya.
Djliteng mengaku mengabdi untuk merawat orang gila sejak 1992 silam. Selama sekitar 23 tahun itu, seniman ludruk ini juga mengaku telah menyembuhkan ratusan pasien gangguan jiwa. Saat ini saja, dia merawat 21 pasien dari sejumlah daerah di Jatim dan Jateng.
Meski biaya yang dia keluarkan mencapai belasan juta rupiah tiap bulannya, Djliteng berprinsip enggan meminta sumbangan dari siapapun. Dia memilih mengandalkan penghasilannya dari pementasan ludruk dan campursari yang dia kelola.
(gik/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini