4 Hal 'Gila' Kala Demam Batu Melanda

4 Hal 'Gila' Kala Demam Batu Melanda

- detikNews
Rabu, 18 Feb 2015 10:22 WIB
4 Hal Gila Kala Demam Batu Melanda
Salah satu batu yang dibanderol ratusan juta di Festival Batu Aceh (dok detikcom)
Jakarta - Belakangan ini, banyak orang tergila-gila batu. Pasar, jalan, warung, bahkan kantoran, jadi arena ngobrol seru tentang batu. Bisa jadi, ujungnya adalah transaksi jual beli. Deal or no deal!

Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua, memiliki batu mulia. Tiap daerah memiliki kekhasan. Maka itu, sebutannya pun bermacam-macam. Ada batu bacan dari Ambon, giok dari Aceh, dan lain sebagainya.

Di bawah ini adalah hal-hal 'gila' tentang batu. Apa saja?

Dok detikcom

1. Harga Fantastis

Salah satu batu yang dibanderol ratusan juta di Festival Batu Aceh (dok detikcom)
Harga batu sulit diterka. Tergantung penawaran dan keberanian. Ada yang harganya cuma puluhan ribu rupiah, ada yang mencapai miliaran.

Seperti terlihat di Atjeh Batee Festival atau Festival Batu Aceh pada awal Februari 2015 ini. Beragam stan memajang koleksinya. Batu berbagai jenis dan bahan dijual di kisaran Rp 50 ribu, ratusan juta rupiah hingga Rp 1,5 miliar.  Batu termahal berjenis blue sapphire.

Bagi pemula yang berkantong cekak, harga Rp 1,5 miliar tentu bikin geleng-geleng kepala. Siapa yang membeli blue sapphire tersebut?

1. Harga Fantastis

Salah satu batu yang dibanderol ratusan juta di Festival Batu Aceh (dok detikcom)
Harga batu sulit diterka. Tergantung penawaran dan keberanian. Ada yang harganya cuma puluhan ribu rupiah, ada yang mencapai miliaran.

Seperti terlihat di Atjeh Batee Festival atau Festival Batu Aceh pada awal Februari 2015 ini. Beragam stan memajang koleksinya. Batu berbagai jenis dan bahan dijual di kisaran Rp 50 ribu, ratusan juta rupiah hingga Rp 1,5 miliar.  Batu termahal berjenis blue sapphire.

Bagi pemula yang berkantong cekak, harga Rp 1,5 miliar tentu bikin geleng-geleng kepala. Siapa yang membeli blue sapphire tersebut?

2. Hobi Pekerja Kantoran

Ada banyak motif orang menyukai batu. Dulu orang mungkin menilai batu dari 'isi' atau untuk tujuan mistik. Kini, sebagian besar orang menilai batu dari keindahannya. Tak heran jika banyak orang kantoran menyukai batu.

Affan Majid dan Iqbal, misalnya. Dua karyawan bank swasta nasional yang berkantor di Jakarta ini menjadi kolektor akik setahun terakhir. Mereka memadukan penampilan klimis, berkemeja rapi dan berdasi dengan batu di tangan.

"Batu akik itu indah, buat pergaulan juga. Nambah networking karena yang suka batu sudah banyak, jadi bisa nyambung omongannya," kata Affan yang biasa kongkow di kafe bersama temannya, Rabu (11/2/2015).

2. Hobi Pekerja Kantoran

Ada banyak motif orang menyukai batu. Dulu orang mungkin menilai batu dari 'isi' atau untuk tujuan mistik. Kini, sebagian besar orang menilai batu dari keindahannya. Tak heran jika banyak orang kantoran menyukai batu.

Affan Majid dan Iqbal, misalnya. Dua karyawan bank swasta nasional yang berkantor di Jakarta ini menjadi kolektor akik setahun terakhir. Mereka memadukan penampilan klimis, berkemeja rapi dan berdasi dengan batu di tangan.

"Batu akik itu indah, buat pergaulan juga. Nambah networking karena yang suka batu sudah banyak, jadi bisa nyambung omongannya," kata Affan yang biasa kongkow di kafe bersama temannya, Rabu (11/2/2015).

3. Imbauan Pejabat

Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto
Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto hanya salah satu pejabat yang 'menggilai' batu akik. Tapi bukan itu alasan dia mengeluarkan imbauan agar jajaran PNS menggunakan akik. Dia melihat potensi akik di daerahnya tinggi. Jika PNS dan warga menggunakannya, maka kesejahteraan pengrajin akik di daerah 'kekuasaan'-nya akan meningkat.

Saat dihubungi detikcom, Selasa (3/2/2015) lalu, Sukento menyatakan, imbauan itu disampaikan sejak Desember 2014 lalu. Lalu imbauan serupa disampaikan di berbagai momen. Pas rapat dengan DPRD, misalnya.

Meski hanya imbauan, kata Sukento, banyak PNS Purbalingga yang kini memakai akik. "Jenisnya bermacam-macam. Kalau di sini yang terkenal ya akik Klawing," kata pejabat yang berlatar belakang profesional ini.

3. Imbauan Pejabat

Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto
Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto hanya salah satu pejabat yang 'menggilai' batu akik. Tapi bukan itu alasan dia mengeluarkan imbauan agar jajaran PNS menggunakan akik. Dia melihat potensi akik di daerahnya tinggi. Jika PNS dan warga menggunakannya, maka kesejahteraan pengrajin akik di daerah 'kekuasaan'-nya akan meningkat.

Saat dihubungi detikcom, Selasa (3/2/2015) lalu, Sukento menyatakan, imbauan itu disampaikan sejak Desember 2014 lalu. Lalu imbauan serupa disampaikan di berbagai momen. Pas rapat dengan DPRD, misalnya.

Meski hanya imbauan, kata Sukento, banyak PNS Purbalingga yang kini memakai akik. "Jenisnya bermacam-macam. Kalau di sini yang terkenal ya akik Klawing," kata pejabat yang berlatar belakang profesional ini.

4. 'Sengketa' Batu

(Foto: Agus Setyadi/detikcom)
Di tengah keriuhan perburuan batu, cerita mengejutkan datang dari Nagan Raya, Aceh. Pekan lalu, warga 'berebut' batu yang ditaksir seberat 20 ton di hutan lindung. Kejadian diawali dengan penemuan batu oleh Usman (45), warga Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong.

Usman pulang, tak mengambil batu yang tertutup tumbuhan itu karena ada moratorium pengambilan batu hingga 8 Maret 2015 mendatang. Tak dinyana, sekelompok warga dari desa lain datang pada malam harinya. Mereka 'mencuil' batu itu. Warga setempat mendatangi lokasi dan meminta batu tak diambil.

Polisi turun tangan untuk mengantisipasi bentrokan. Batu tersebut digaris polisi hingga saat ini. Pemkab setempat melarang siapapun mengambil batu yang ditaksir berharga miliaran tersebut.

4. 'Sengketa' Batu

(Foto: Agus Setyadi/detikcom)
Di tengah keriuhan perburuan batu, cerita mengejutkan datang dari Nagan Raya, Aceh. Pekan lalu, warga 'berebut' batu yang ditaksir seberat 20 ton di hutan lindung. Kejadian diawali dengan penemuan batu oleh Usman (45), warga Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong.

Usman pulang, tak mengambil batu yang tertutup tumbuhan itu karena ada moratorium pengambilan batu hingga 8 Maret 2015 mendatang. Tak dinyana, sekelompok warga dari desa lain datang pada malam harinya. Mereka 'mencuil' batu itu. Warga setempat mendatangi lokasi dan meminta batu tak diambil.

Polisi turun tangan untuk mengantisipasi bentrokan. Batu tersebut digaris polisi hingga saat ini. Pemkab setempat melarang siapapun mengambil batu yang ditaksir berharga miliaran tersebut.
Halaman 4 dari 10
(try/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads