Nasionalisme Tidak Akan Mati

Azyumardi Azra:

Nasionalisme Tidak Akan Mati

- detikNews
Jumat, 10 Des 2004 23:03 WIB
Yogyakarta - Sejarawan Azyumardi Azra menilai ada kesalahkaprahan pemahaman bahwa nasionalisme sebagai ideologi itu telah berakhir. Secara imperatif nasionalisme itu tidak akan mati, tetapi akan terus mengikuti seusai perkembangannya.Hal itu dikemukakan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Islam Negeri UIN) ini dalam acara konferensi internasional antarbangsa Asia Tenggara "Konsep Kehidupan Bernegara: Pengalaman Asia Tenggara" dalam rangka dies natalis ke-55 Universitas Gadjah Mada (UGM) di gedung MM UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Jumat (10/12/2004).Menurut Azyumardi, orang berkesimpulan nasionalisme yang dipahami sebagai suatu ideologi yang telah berakhir atau tamat itu karena sering mengutip karya klasik Bell "The End of Ideology (1960)." Atau mengutip pendapat seorang pakar yang lebih mutakhir lagi yakni karya Fukuyama "The End of History and the Last Man." "Sebuah kekeliruan yang sangat fatal dan menimbulkan distorsi besar serta bertolak belakang bila kita berkesimpulan seperti Bell yang secara implisit menyatakan bahwa nasionalisme sebagai ideolagi telah berakhir," tegasnya.Menurut dia, pengalaman Indonesia menunjukkan faktor etnisitas tidak menjadi faktor penghambat yang signifikan tumbuhnya nasionalisme Indonesia. "Sebaliknya etnisitas cenderung hilang relevansinya sebagai sebuah tema politik ketika berhadapan dengan faktor eksternal," katanya.Namun pengalaman tumbuhnya nasionalisme di Indonesia juga berbeda dengan yang lainnya terutama dengan Malaysia, meski secar etnis dan agama juga sangat pluralistik. Hubungan etnisitas, agama dan nasionalisme di Semenanjung Malaya justru nuansanya lebih kental lagi."Bagi bangsa Melayu, sentimen etnisitas melekat ketat dengan agama Islam dan nasionalisme. Etnisitas Melayu boleh dikatakan identik dengan Islam sehingga nasionalisme Melayu sepenuhnya adalah nasionalisme Islam," katanya. Menurut dia, faktor utama kuatnya etnisitas di Melayu diakibatkan oleh komposisi demografis Semenanjung, yaitu puak Melayu bukanlah golongan mayoritas mutlak. "Rasa terancam, khususnya dari golongan Cina, sebagai kelompok etnis kedua, mengakibatkan puak Melayu harus berpegang lebih ketat kepada Islam dan kemelayuan itu sendiri sebagai pusat kesetiaan," katanyaAzyumardi menambahkan kasus Indonesia, kemajemukan etnisitas beserta potensi konfliknya dengan sengaja dapat dijinakkan oleh faktor Islam sebagaimana yang dipeluk mayoritas penduduk. Islam menjadi supra identity dan fokus kesetiaan yang mengatasi identitas dan kesetiaan etnisitas. (gtp/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads