Program ini adalah kerjasama UGM dengan Pemprov DIY. Hal ini untuk mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum di Provinsi DIY serta mewujudkan UGM sebagai kampus daerah pendidikan.
"UGM masih mengkaji penggunaan KTM sekaligus tiket bis. Penggunaan KTM sebagai tiket bis sangat memungkinkan. Jenis kartu mahasiswa UGM dan tiket Trans Jogja memiliki sistem yang sama, yaitu sebagai 'smart card', kartu pintar," kata pakar transportasi UGM Prof Dr Ing, Ahmad Munawar, MSc kepada wartawan di kampus, Selasa (9/8/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang tinggal pengkajian soal tarif oleh Dishubkominfo DIY. Jika nantinya sistem bulanan atau semester yang disetujui, maka dengan membayar sejumlah uang tertentu, mahasiswa UGM akan dapat naik bis Trans Jogja kemanapun dengan frekuensi pada rentang waktu yang telah ditentukan," katanya.
Menurut dia, penggunaan KTM ini tidak hanya untuk mahasiswa baru, tetapi bisa pula untuk mahasiswa angkatan lama. Para dosen dan karyawan pun diharapkan bisa memanfaatkan adanya 'smart card' ini untuk angkutan umum di DIY. Rencana peluncuran akan dilakukan oleh Wamenhub pada akhir bulan September 2011.
"Ini sekaligus mengkampanyekan penggunaan angkutan umum guna mengatasi kemacetan dan menciptakan lingkungan yang bebas polusi. UGM juga mengusulkan ada penambahan jumlah bis, halte dan trayek jangka panjang," katanya.
Ahmad menambahkan realisasi penggunaan kartu mahasiswa sebagai tiket ini berdasar hasil survei yang dilakukan terhadap 500 mahasiswa. Ini terkait terkait penggunaan kendaraan yang dipergunakan dan kemungkinan penggunaan Trans Jogja sebagai moda angkutan menuju kampus.
Hasil survei menunjukkan bila moda (jenis) angkutan yang dipergunakan mahasiswa saat ini didominasi sepeda motor sebanyak 81,20 persen, jalan kaki 9,20 persen, mobil 3,20 persen, bus 2,20 persen dan alat transportasi lain-lain 0,60 persen. Mahasiswa yang sebagian besar tinggal di sekitar jalan Kaliurang sebelah selatan Ring Road (47,1 persen), jalan Kaliurang Utara Ring Road (11,80 persen), jalan Affandi Utara (8,1 persen), Ring Road antara UPN dan Condong Catur (4,5 persen) dan Jl Kesehatan dekat RS Sardjito (3,7 persen).
"Dari sampel tersebut maka kemungkinan mereka naik bus Trans Jogja, yang bertempat tinggal dengan jarak maksimum 400 meter dari halte Trans Jogja terdekat sebanyak 11,24 persen. Sementara bila ditambah halte dan ada perbaikan rute/trayek jumlah itu dapat meningkat menjadi 33,49 persen," ungkapnya.
(bgs/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini