Jakarta - Mantan Kasum ABRI Letjen Purn Soeyono kembali memberikan kesaksian seputar peristiwa penyerbuan kantor PDI tanggal 27 Juli 1996. Maklum saja, Soeyono merupakan orang penting dan banyak mengetahui kasus yang terjadi di sebelah rumahnya tersebut.Meski sewaktu penyerbuan terjadi, menantu Ny Mien Sugandhi ini tengah terbaring di RSPAD Gatot Subroto setelah sehari sebelumnya mengalami kecelakaan saat mengendarai motor gede di Sulawesi Selatan.Dalam Kesaksian yang disampaikan Soeyono kepada wartawan yang menemui di kediaman Jl Diponegoro 54, Jakarta Pusat, Soeyono mengatakan bahwa Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang waktu itu menjadi Kasdam Jaya berada tak jauh dari lokasi penyerbuan, tepatnya di Jalan Surabaya. SBY datang sejak pagi mendampingi Pangdam Jaya yang waktu itu dijabat oleh Sutiyoso. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana anda menilai kasus 27 Juli?Saya heran kok menjelang pemilu presiden kasus ini ramai lagi. Malah yang lebih menonjol Kasdam yang harus bertangungjawab. Padahal prosedur baku di militer, seorang staf tak bisa dimintai pertanggungjawaban. Dan kewenangan Kasdam dan Pangdam itu berbeda. Yang bertangungjawab secara penuh adalah pangdam. Dari tanda pangkat saja berbeda. Itu sudah menunjukkan adanya perbedaan tangungjawab. Saya pikir lumrah bahwa Kasdam saat itu ada di lokasi. SBY memang pagi-pagi sudah ada di Jalan Surabaya. Tapi Sutiyoso lebih pagi lagi. Dan memang namanya anak buah ya tetap dekat dengan Panglima. Di manapun dan kapanpun. Jadi wajar saja kalau staff ada di lokasi. Memang ada rapat di intern Kodam Jaya sebelum penyerangan. Tapi itu hanya rapat biasa, yang dihadiri panglima dan staff. Dan rapat itu tidak membicarakan soal penyerangan. Dan saya kenal dengan SBY, bahwa dia itu menganut hal-hal yang bersifat prosedural. Dia tidak akan melampui kewenangan Panglima. SBY baru akan terkait kasus ini kalau ada memang ada bukti baru dia membawa pasukan. Dia kan datang ke sini mendekati Panglima Kodam. Mabes ABRI saat itu memang tidak mencampuradukkan soal penyerangan ke markas PDI. Itu semua wewenang Polda dan Kodam Jaya. Namun baru ketika sudah terjadi kerusuhan Mabes ABRI yang mengambil alih.Memang ada rapat di Cendana tanggal 19 Juli. Pak Harto hanya mengatakan "Tolong batu konsolidasi mereka yang sedang bertikai. Mungkin saja penerjemahannya bisa berbeda. Jadi lucu kalau sekarang SBY yang justru ditonjolkan. Dan ada prosedur yang lumrah bahwa Pangdam bertanggungjawab penuh terhadap gejolak yang terjadi di wilayahnya. Saya waktu itu sedang dirawat di RSPAD, karena kecelakaan sehari sebelumnya. Tapi saya sempat memanggil Wakapolda dan SBY untuk menemui saya di rumah sakit.Saya memerintahkan mereka untuk kerahkan pasukan ketika kondisi sudah kacau. Untuk diketahui saja, Sutiyoso sebelum melakukan perintah penyerangan masuk ke rumah Saya ke halaman dan melompati pagar dan masuk ke rumah Jl Diponegoro 56. Dari situlah dia memimpin perebutan kantor PDI. Dia terlihat jelas. Termasuk direkaman video. Pengakuan itu diungkapkan oleh Saptam saya yang melihat dan membantu Sutiyoso melompat pagar. Jadi yang bertangungjawab penuh Sutiyoso.
Siapa yang memerintahkan Sutiyoso menyerang markas PDI?Saya pernah bertanya siapa yang mempengaruhi anda. Dia menjawab tukang sate itu sandi khusus untuk KSAD Jenderal Hartono. Terus saya bilang kenapa itu tidak dibuka saja. Dia hanya diam. Tapi saya juga heran kenapa dia bilang ada tetesan dari atas dan langsung mengarah ke Pak Harto.
Komentar Bapak melihat kasus 27 Juli dibuka lagi?Saya melihat ini ada tekanan kepada polisi dan kejaksaan karena dulu tidak diotak-atik. Kok sekarang pengin diungkap. Kok Danpuspom Sulaiman tiba-tiba diganti. Mencuatnya kasus ini bersamaan dengan kampanye. Saya melihat nuansa politis sangat besar. Memang kasus ini harus dituntaskan. Jadi memang ada faktor Mega. Kalau ada pemanggilan terhadap SBY, itu sudah permainan kotor dalam politik. Dan memang saya melihat munculnya kasus ini untuk menjatuhkan kandidat, walaupuan sebenarnya banyak kelemahan. Dan resikonya terlalu berat, karena saya kawatir bisa muncul hal-hal yang membuat keruh suasana. Karena masing-masing mempunyai pengikut loyal. Kalau dia bilang Kasdam tahu penyerangan itu, ya pasti tahu. Karena dia harus bersama panglima. Tapi tidak dalam wewenangnya untuk bertanggungjawab. Semua tanggungjawab ada di pangdam.
(jon/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini