Semarang - Kini penganut agama Budha atau wisatawan religius tanah air tak perlu jauh-jauh ke negeri tetangga untuk mengunjungi pagoda. Cukup datang ke Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Di kota itulah, satu-satunya pagoda di Indonesia berada.Avalokitesvara, demikian nama pagoda itu. Bangunan bertingkat tujuh itu berada satu kompleks dengan Vihara Budha Gaya Watugong, Banyumanik, Semarang atau di depan Makodam IV Diponegoro Jawa Tengah, Jalan Perintis Kemerdekaan.Penggunaan bangunan setinggi 45 meter itu diresmikan Wakil Gubernur Jateng Ali Mufiz dan dihadiri ribuan orang, Jumat (14/7/2006).Dalam persmian itu, pesta kembang api turut menghibur para pengunjung. Langit malam pun seketika meriah oleh percikan kambang api.Pembangunan pagoda tersebut memerlukan waktu kurang lebih 10 bulan dan menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliar. Oleh sang arsitek Poladwipa, bentuk dan modelnya dibuat persis seperti yang ada di Tiongkok. Bahkan untuk asesori dan bahan bangunannya juga diimpor dari sana.Di tingkat teratas dipasang empat patung Amitaba (guru besar penganut Budha dan para dewa). Sedangkan di puncak pagoda terdapat patung Budha, Pohon Bodhi, dan tempat pemujaan.Bagian bawah pagoda dibuat persegi delapan berukuran 15 x 15 meter. Dari tingkat kedua hingga keenam dipasang patung Makco Kwan Im Poo Sat (Dewi Welas Asih) yang disesuaikan dengan arah mata angin, yakni barat, timur, selatan, dan utara."Maksud dari pemasangan ini agar dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah," kata Ketua Yayasan Vihara Budha Gaya Watugong Halim Wijaya.Seperti tempat ibadah lain, pagoda itu juga dipenuhi simbol. Bangunan bertingkat tujuh bermakna tingkat tertinggi kesucian seorang pertapa. Sedangkan angka 45 (tinggi bangunan) berarti pencapaian kehidupan materiil tertinggi."Bagi kaum Tionghoa, 45 kalau dijumlahkan berarti 9. Itu angka tertinggi dalam hal prestasi. Makanya, banyak pengusaha Tionghoa menyukai nomor ini. Lihat saja, nomor mobil, HP, atau rumah mereka. Angka terakhirnya sering 9 atau 8," jelas Halim.Meski bertingkat tujuh, setiap tingkatan pagoda dibuat kosong. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati Markas Kodam IV Diponegoro. Dengan cara seperti itu, pengunjung diharapkan tidak naik ke tingkatan teratas dan berada di atas markas tentara tersebut.Bangunan tahan gempa ini segera dibuka untuk umum. Dengan demikian, baik penganut Budha maupun wisatawan religius bisa memanfaatkan bangunan berarsitektur tinggi ini.Selain pagoda, di Semarang dijumpai pula tempat ibadah berarsitektur menarik seperti Klenteng Sam Poo Kong (klenteng peninggalan Cheng Ho) dan Masjid Agung Jawa Tengah.Anda tertarik? Silakan datang!
(nvt/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini