Kombinasi Maut Bus Reyot dan Sopir Nakal di Metromini, Sampai Kapan Terjadi?

Kombinasi Maut Bus Reyot dan Sopir Nakal di Metromini, Sampai Kapan Terjadi?

Rachmadin Ismail - detikNews
Senin, 07 Des 2015 11:02 WIB
Foto: Jabbar Ramdhani
Jakarta - Metromini terus menelan korban jiwa. Jika ditelisik dari sejumlah peristiwa, pemicunya selalu dua hal yakni: kondisi bus yang tidak layak jalan dan atau perilaku sopir yang tidak karuan. Sampai kapan persoalan ini bakal terus terjadi?

Bus Tak Layak Jalan

Sepanjang tahun 2015 ini, sedikitnya ada 10 peristiwa kecelakaan yang melibatkan Metromini. Korban yang jatuh mencapai angka lebih dari 20 orang, belasan di antaranya tewas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari peristiwa tersebut, ada beberapa yang dipicu karena kondisi bus tak layak jalan. Misalnya, peristiwa pada 27 November 2015 lalu, Metromini S62 jurusan Blok M-Lebak Bulus celaka karena remnya blong sehingga menabrak pemotor dan terguling. Satu orang luka berat dan dua orang luka ringan.

Baca juga: Dear Pak Ahok, Sampai Kapan Penumpang Harus Bertaruh Nyawa di Metromini?

Bila dilihat secara seksama, sebagian besar kondisi Metromini yang berlalu lalang di jalanan memang tidak laik jalan. Standar kelayakan sebagaimana diatur dalam pasal 141 UU 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mencakup keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, tidak terpenuhi. Terutama poin soal keselamatan dan kenyamanan.

Tengok saja saat peristiwa kecelakaan Metromini pada Rabu 24 Juli 2013 lalu di Kawasan Layur, Jakarta Timur. Bus mini tersebut menabrak tiga pelajar di jalur TransJ hingga tewas.

Setelah diteliti lebih jauh, kondisi bus tersebut sangat mengkhawatirkan. Kopling dan rem bus tersebut diikat karet berwarna hitam. Instrumen penunjuk kecepatan sudah tak ada yang berfungsi. Semua penuh dengan karat dan tambalan. Entah bagaimana, bus tersebut bisa lolos uji Kir.

dok. detikcom


Usai kejadian tersebut, apakah bus-bus Metromini semakin diperketat pengawasannya? Ternyata tidak. detikcom mengambil foto di Metromini 75 rute Pasar Minggu-Blok M akhir pekan lalu. Kondisinya sama mengkhawatirkan. Sudah tak ada alat yang berfungsi di area pengemudi. Semua dibuat seadanya. Bahkan, pada saat melewati hendak melaju di tanjakan, mobil itu tak bisa memindahkan transmisi dan turun kembali. Sehingga akhirnya si sopir memerintahkan penumpang untuk mencari ganjal.

"Tolong Bang, diganjel dulu bannya. Ini nggak bisa maju mobilnya," ucap si sopir dan akhirnya ada penumpang yang turun mencari batu untuk mengganjal ban tersebut.

Peralatan seadanya (Foto: Rachmadin Ismail)


Kelakuan Sopir

Faktor sopir menjadi hal yang tak bisa terlepaskan ketika ada kecelakaan Metromini. Dari catatan detikcom terhadap sejumlah peristiwa kecelakaan tahun ini, sebagian besar karena kelakuan si sopir nakal.

Pada 2 Oktober 2015 lalu, ada Metromini P 17 Senen-Manggarai yang menerobos lampu merah, sehingga akhirnya menabrak motor. Pengendara motor pun terluka. Tanggal 16 Agustus 2015, Metromini 75 Blok M-Pasar Minggu menerobos lampu merah, lalu menabrak Honda CRV di Perempatan Pejaten. Korban luka satu orang yakni sopir CRV.

Tak lama sebelumnya, Metromini jurusan Senen-Semper masuk jalur TransJ, lalu menabrak bus PPD. Korban luka berat tiga orang saat itu. Puncaknya adalah kejadian pada Minggu (6/12) kemarin. Sopir Metromini bernama Asmadi (35) menerobos palang pintu perlintasan kereta hingga akhirnya tertabrak commuter line sampai terseret peron stasiun Angke. 18 Orang tewas akibat kejadian tersebut, sebagian lagi masih kritis.

Baca juga: Organda: Pemilik Metromini Nggak Peduli Keselamatan Penumpang

Sebenarnya, bagaimana sistem perekrutan sopir di Metromini? Tidak jelas. Karena tak ada organisasi resmi yang menangani, proses penunjukkan sopir pun jadi asal-asalan. Dalam beberapa kesempatan, detikcom bahkan mendapati sopir yang masih di bawah umur dengan kemampuan mengemudi pas-pasan atau masih tahap belajar.

Pada bulan Juni lalu, detikcom menaiki Kopaja 75 jurusan Pasar Minggu-Blok M. Kendaraan umum itu ternyata dikendarai oleh seorang anak ABG berusia belasan tahun. Kemungkinan kuat, dia belum memiliki SIM, apalagi cara mengemudinya harus diajari oleh kernet.

"Woi, dengerin dulu kalau sebelum jalan. Kalau dibilangin terus baru jalan, kalau tahan ya tahan," kata kernet tersebut kepada si sopir yang menjadi 'anak didiknya'.

Sopir ABG di metromini (Foto: rachmadin ismail)


Setelah ditelisik lebih dalam, ternyata memang perekrutan sopir baru di bus Metromini tersebut berjalan dengan cara jalanan. Sopir yang belum berpengalaman akan dibina oleh sopir senior sambil menjadi kernet. Ironisnya, proses pembelajaran dilakukan sambil membawa penumpang. Mengerikan!

Sopir Metromini yang menabrak tiga pelajar di Jakarta Timur pada tahun 2013 lalu pun dipastikan tak memiliki SIM. Terakhir, sopir Asmadi penerobos palang pintu di Angke, Jakarta Barat, dikenal oleh kerabatnya sebagai sopir ceroboh, tak sabaran dan baru memegang Metromini selama 2 bulan.



Dengan dua kombinasi di atas, maut sepertinya masih bakal mengincar di Metromini seandainya tak ada perubahan signifikan terjadi. Ketegasan Gubernur Ahok memberangus angkutan nakal seperti ini sangat dinantikan.

(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads