"Gara-garanya tidak bisa menulis latin (tegak bersambung), anak saya diusir keluar," ujar ibu bocah, Supinah, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (18/11/2015).
Supinah mengaku perlakuan tak mengenakkan itu diterima anaknya -- yang memang lemah menerima pelajaran -- sejak duduk di kelas 1 SD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perilaku tidak menyenangkan itu didapat bocah itu justru dari wali kelasnya sendiri. Akibatnya anak itu menjadi murung dan enggan sekolah.
"Dia bilang mending di pesantren daripada gini terus. Anak saya mau sekolah takut sama bu guru, takut diomelin dan diusir lagi," ujar Supinah menirukan keluhan anaknya.
Supinah kesal atas diskriminasi terhadap anaknya. Dia kemudian mendatangi sekolah anaknya pada Selasa kemarin.
"Kemarin saya coba temui kepala sekolah buat bertanya, tapi tidak ada. Waktu itu ada guru lain yang bilang kalau perlakuan itu untuk memotivasi anak. Secara logika memang langsung bisa ya begitu anak saya disuruh pulang sekolah langsung bisa menulis latin? Ini kan gurunya saja nggak mau pusing bikin anak saya supaya pintar," sesal perempuan yang bekerja sebagai karyawan toko komputer ini.
Supinah mengakui anak kelimanya itu lemah dalam menerima pelajaran, namun dia minta agar tidak diperlakukan berbeda. Ia juga telah berusaha memotivasi anaknya untuk giat berlatih menulis tulisan bersambung.
"Kemampuan anak itu kan beda-beda, ada yang pintar baca, ada yang pintar nulis, jadi tidak bisa disamakan begitu. Sekarang ini saya bingung mau naruh sekolah di mana lagi, karena anaknya jadi pemurung gitu," ujarnya. (edo/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini