Para pemilik kambing tersebut berharap segara datang hujan. Karena, sejumlah daerah mengalami kekeringan yang mengakibatkan kesulitan air bersih dan sulit mendapatn pakan ternak.
Kerapan kambing yang meriah ini disambut positif masyarakat dan hampir sama dengan kerapan sapi pada umumnya. Panjang lapangan mencapai 130 meter, tapi tidak ada joki, karena pacuan kambing tersebut bukan sepasang, melainkan hanya satu ekor.
Di leher bagian kanan dan kiri kambing terdapat kayu kecil yang dibuat memanjang ke belakang sebagai penyeimbang. Dan sebagai tempat gantungan barang yang mudah berbunyi. Seperti kaleng bekas yang diisi kerikil serta plastik. Tujuannya, agar kambing lari kencang.
Kambing betina yang diikutkan dalam pacuan tersebut, berumur antara 1 sampai 2 tahun dan dari kambing pilihan. Umumnya, kambing bibit dan kambing lokal Sumenep.
Salah seorang panitia kerapan Kambing, Moh Maman (45) warga Desa/Kecamatan Bluto, Sumenep, mengatakan, kerapan kambing sengaja dilakukan, selain untuk menghibur warga juga berharap turun hujan, karena lahan pertanian kini kering kerontang.
"Kerapan kambing ini, selain menghibur masyarakat juga salah satu media untuk mengharap hujan," ujar Maman kepada detiksurabaya.com di tengah kesibukannya mengatur peserta kerapan Kambing dilapangan Kecamatan Bluto, Sumenep.
Kambing yang ikut dalam pacuan tersebut sebanyak 78 ekor. Pihak panitia menyediakan hadiah utama kulkas, TV, Radio dan sejumlah hadiah lainnya.
"Pemberian hadiah bagi pemenang ini sebagai peransang agar para peternak kambing juga bertambah semangat memelihara kambing-kambing lokal yang berkualitas," kata Maman. (fat/fat)