"RSUD Nganjuk sampai banjir, saluran pembuangannya gimana, kok bisa. Sarana perkotaan ndak tertata, semua lalai dalam menyiapkan drainase (maksimal) hingga banjir di Nganjuk kota," ujar Praktisi Konstruksi dan Hukum Hery Endarto saat dikonfirmasi detikcom Rabu (11/12/2022).
Pembangunan fisik di perkotaan Nganjuk, kata Hery, dinilai kurang matang dalam perencanaan. Drainase yang tidak memadai menyebabkan banjir utamanya di area RSUD Nganjuk.
"Pembangunan Nganjuk okelah, positif. Tetapi infrastrukturnya tidak matang termasuk drainase perkotaan, yang masuk (air) atau pembuangan tidak ada normalisasi, sehingga drainase kota perlu direncanakan matang," kata Hery.
"Banjir di pusat kota Nganjuk disebabkan drainase perkotaan tidak maksimal menampung intensitas hujan tinggi. Tidak ada perencanaan drainase perkotaan yang terintegrasi," imbuhnya.
Hery mengatakan jika pembangunan dilakukan dengan perencanaan matang, utamanya drainase, maka tidak akan terjadi banjir di RSUD dan jalan protokol perkotaan. "Drainase kota perlu direncanakan matang, sebelum pembangunan fisik harusnya drainase diutamakan dahulu, jadi pelaksana lalai baik PUPR dan Pemkab Nganjuk lalai hingga RSUD Banjir," ungkapnya.
Hery juga menyinggung proyek pembangunan kawasan trotoar Jalan Ahmad Yani yang juga menyalahi aturan. Proyek yang seharusnya tahun 2021 selesai namun masih belum terselesaikan dan telah dibayar lunas ke pihak kontraktor.
"Proyek Jalan Ahmad Yani itu juga gimana belum selesai tapi sudah dibayarkan lunas tanggal 15 Desember 2021 kemarin. Kan tidak boleh seperti itu. Jangan semata fisiknya saja pembangunan tapi utamakan drainase," paparnya.
"Tupoksi penyelenggara OPD/Dinas Pekerjaan Umum dan atau dinas Permukiman, lalai. Hanya pembangunan sporadis proyek fisik bangunan gedung, proyek trotoar, proyek pasar wage dan lainya yang ada dalam kota Nganjuk, hanya untuk pencitraan semata," tegasnya.
Hery sangat menyayangkan Nganjuk yang masih dilanda banjir setiap tahunnya di tengah pembangunan fisiknya.
"Ini sangat disayangkan, pembangunan fisik dalam perkotaan, tapi tidak ada konsep pembangunan infrastruktur bawah atau drainase perkotaanya ya konsekuensi (dampak banjir didalam kota) memalukan," tandasnya.
Sebelumnya Nganjuk banjir hingga merendam RSUD Nganjuk. Jalanan arteri Nganjuk juga terendam dengan ketinggian sekitar 20 cm dan di jalan protokol sekitar 30 cm. Jalanan protokol yang terendam banjir yakni Jalan Yos Sudarso, Jalan DI Panjaitan, serta jalan Pasar Wage. (iwd/iwd)