Bagian dalam gereja juga tak kalah unik. Material yang digunakan merupakan batuan asli Pacitan. Sedikitnya ada 40 jenis batu alam yang diambil dari seantero wilayah Kota 1001 Gua. Benda-benda tersebut disusun sedemikian rupa hingga membentuk mozaik dinding dan ornamen lain khas gereja.
Tidak itu saja, pada bagian lantai juga kental dengan nuansa khas batu alam. Bahkan altar yang berada di bagian depan juga terbuat dari batu. Di antara jenis batuan yang digunakan adalah andesit, marmer, jesper, fosil kayu serta beragam jenis lain.
"Mozaik dinding itu terdiri dari 10 jenis batu. Itu simbol dari 10 perintah Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa. Dan ini menjadi sandaran bagi agama-agama samawi," terang pria yang juga aktif di kegiatan sosial tersebut.
![]() |
Romo Sabas yakin geliat pariwisata Pacitan ke depan akan terus berkembang. Karenanya, keberadaan gereja kapal ini nantinya diharapkan memperkaya khazanah turisme, terutama wisata rohani. Keberadaan gereja yang ikonik juga sekaligus wujud sumbangsih umat Katolik bagi dunia pariwisata Pacitan.
"Bahwa gereja ini bukan hanya milik umat Katolik tetapi juga milik masyarakat Pacitan," tuturnya.
Nilai lokalitas lain yang dimasukkan dalam unsur bangunan adalah mitigasi bencana. Seperti diketahui, sebagian titik di Kota Pacitan merupakan kawasan rawan bencana banjir. Alasan itu pula yang mendasari dibuatnya konstruksi gereja relatif tinggi. Ruangan di dalamnya juga dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk tempat evakuasi sementara saat bencana.
"Lalu bangunan miring ini kalau ada gempa, material akan jatuh keluar sehingga tidak menimpa orang-orang yang ada di dalam," pungkas Romo Sabas terkait tempat ibadah yang mampu menampung sekitar 100 jemaat tersebut.
(sun/bdh)