Kesan unik langsung terasa saat pandangan mata mengarah ke gereja di Jalan Pierre Tendean. Alih-alih mirip rumah, bentuknya identik dengan sebuah bahtera.
Pemilihan arsitektur Gereja Santo Fransiskus Xaferius ini ternyata sarat filosofis. Bagaimana ceritanya?
"Bangunan ini dirancang oleh mahasiswa universitas Katolik di Surabaya dengan memadukan apa yang menjadi pemikiran saya tentang nilai-nilai Kristiani terutama gereja Katolik," ucap Romo Sabas Kusnugroho saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (25/12/2021).
Dia pun mulai memaparkan dari model bangunan berbentuk pentagonal asimetris. Lima sisi yang tidak saling bertemu itu, terang Romo Sabas, melambangkan kehidupan manusia yang tidak sempurna. Di sisi lain angka 5 juga merupakan simbol Pancasila.
"Kami bisa beribadah, bisa melaksanakan kewajiban agama dengan baik karena kita memiliki Pancasila dan kita berlindung di bawahnya," papar pastur kelahiran Gunungkidul, DIY itu.
Dari kelima singkap yang ada, posisinya tidak rata. Ada yang naik, ada pula yang turun. Itu merupakan simbolisasi dari gelombang. Hal ini tidak berlebihan. Karena posisi geografis Kabupaten Pacitan memang berdekatan dengan Samudera Indonesia.
"Maka kita juga mengangkat nilai atau kearifan lokal yaitu ini simbol dari gelombang Samudera Selatan," imbuhnya.
Dari sisi ajaran gereja, bangunan juga sarat makna iman Katolik. Salah satunya tergambar dengan huruf M. Karakter ini merujuk pada Bunda Maria. Sosok yang melahirkan Yesus Kristus sekaligus perlindungan bagi umat Katolik.
Secara umum, bentuk bangunan yang mirip kapal juga memiliki arti khusus. Gereja, lanjut Romo Sabas, tak ubahnya kapal yang berlayar di samudera yang sangat luas. Samudera sendiri dimaknai kekuasaan Tuhan yang tanpa batas.
"Maka di sini bentuknya seperti kapal, lalu ada gambar gelombang-gelombang," tambahnya.
(sun/bdh)