Wakil Ketua Rois Syuriah PWNU Jawa Timur KH Anwar Iskandar mengatakan tantangan terbesar yakni berasal dari internal NU.
"Tantangan itu, internal kita, yang kedua bagaimana meningkatkan kualitas keilmuan, bagaimana NU memberi sumbangan kepada perdamaian dan stabilitas kita, bagaimana ekonomi, dan yang namanya digitalisme ini tidak menjadi mudharat tapi barokah," beber Kiai Anwar kepada detikcom di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Jalan Jemursari Surabaya, Sabtu (11/12/2021).
Kiai Anwar menambahkan saat ini dunia digital telah berkembang pesat. Dia menyebut hal ini harus dimanfaatkan dengan baik agar hasilnya baik.
"Masalah digital itu masalah yang netral, mau menjadi baik kalau diisi orang baik, jelek kalau diisi orang jelek. Bisa menjadi fitnah. Tantangan terbesar seperti itu dan mesti dijawab oleh kita," tambahnya.
Tak hanya itu, Kiai Anwar menyebut muktamar bukan perihal siapa saja calon yang diunggulkan. Namun, ada problem besar di depan yang harus dihadapi.
Kiai Anwar menambahkan Indonesia beruntung memiliki NU yang memiliki ideologi menyatukan. Jika tak hati-hati, nasibnya bisa seperti negara di timur tengah.
"Karena kalau nggak hati-hati, Indonesia ini untung punya NU, timur tengah negara seperti itu bukan porak poranda. Karena NU itu punya ideologi yang menyatukan. Cuma ada kepentingan besar yang harus diamankan di negeri ini, yaitu bagaimana menjaga rumah besar kita Indonesia, bagaimana menjaga Islam yang menghargai nasionalisme, itu kepentingan besar yang harus dijaga dan alhamdulillah di dalam menghadapi gelombang besar trans nasional alhamdulillah tangguh," tegasnya.
Di kesempatan ini, Kiai Anwar berharap Muktamar NU yang akan digelar pada 23 hingga 25 Desember 2021 bisa berjalan damai. Dia menyebut gejolak sebelum muktamar merupakan hal yang biasa.
"Harapan tentu muktamar ini akan berjalan dengan tenang, dengan damai, dengan gembira ria. Bahwa ada gejalok kecil-kecil itu ya ndak papa biasa aja. Menunjukan bahwa NU itu egaliter bukan organisasi yang mengekang orang berpendapat," ungkapnya.
"Tapi pendapat disalurkan melalui sebuah forum yang memang mempunyai ototitas untuk nanti pada akhirnya menjadi sebuah pendapat dari organisasi," imbuh Kiai Anwar.