Surabaya -
Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat ekonomi syariah di dunia. Untuk itu, masyarakat harus bisa menangkap potensi ini untuk diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
Hal ini diungkapkan Founder CT Corp Chairul Tanjung dalam Seminar Menyongsong Abad ke-2 Masa Pengabdian Nahdlatul Ulama yang digelar Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
CT, sapaan akrabnya menyebut Presiden Joko Widodo telah menyatakan ekonomi syariah di Indonesia memiliki potensi aset sebesar 2.000 triliun per tahun.
"Tapi kita tahu potensi ini tidak akan pernah jadi realisasi kecuali kita mampu dan mau menghadapi perubahan," tegas CT dalam webinar yang digelar Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Sabtu (11/12/2021).
Tak hanya itu, CT mengatakan potensi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia ini sebenarnya cukup besar. Karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.
"Terlihat kita menghasilkan pertumbuhan ekspor produk makanan halal bertambah 17%. Tapi seperti saya katakan, karena volume awalnya kecil, jadi meningkat persentase besar itu tidak menjadikan volumenya menjadi besar," imbuhnya.
CT juga menyebut secara global dalam pengembangan ekosistem keuangan syariah, Indonesia berada di urutan nomor dua di dunia. CT pun menyayangkan hal ini. Dia percaya Indonesia bisa menjadi nomor 1.
"Seharusnya nomor 1 karena kita negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia," tambah CT.
Selain itu, CT mengungkap jika pendanaan UMKM oleh institusi perbankan syariah sudah sebesar 71 triliun. Namun, dia juga menyayangkan hal ini kurang dimaksimalkan.
"Tapi kita tahu presiden kemarin bicara di MUI mengatakan kekecewaannya kepada bank-bank karena masih kurang melakukan pembiayaan pada UMKM," sesalnya.
Kendati demikian, CT menyebut ada kesempatan baru industri syariah di Indonesia. Tak hanya perbankan syariah, ada juga halal lifestyle yang bisa dikembangkan.
"Kemarin Pak Wapres sempat berbicara dengan teman-teman Transmedia bahwa seringkali kita memberi pemahaman yang salah pada pasar, wisata halal itu sebenarnya adalah wisata yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang halal sifatnya," papar CT.
Dia mencontohkan dalam wisata halal bisa menyajikan makanan yang halal, tempat ibadah dan lain sebagainya. Jadi wisata halal seharusnya tidak menjadikan itu dikotomi dan memperkecil pasar itu sendiri.
"Tetapi itu baru dari wisata sementara lifestyle atau gaya hidup orang itu sangat luas dari A to Z. Nah ini bisa menjadi peluang yang luar biasa untuk warga NU di kemudian hari untuk menggarap bisnis ini di kemudian hari," saran CT.
Sedangkan untuk halal product, CT juga menyoroti proses dan birokrasi yang cukup berbelit. Dia mengatakan jangan sampai proses yang lama ini menjadikan Indonesia tertinggal dari negara lain.
"Terkait halal product, itu semua harus diregister melalui institusi yang seringkali prosesnya itu memakan biaya yang cukup besar, waktu yang lama dan birokrasi yang berbelit-belit. Ini menyebabkan akhirnya kita tertinggal misalnya dari Malaysia, terkait dengan halal certification yang akibatnya produk yang menjadi terhambat dalam pemasaran," ungkapnya.
Untuk itu, CT meminta masyarakat, khususnya warga NU bisa memanfaatkan momentum dan potensi ini.
"Kita sebenarnya punya momentum, Tetapi menurut saya kita ini tidak memanfaatkan momentum ini secara baik. Oleh karenanya Saya berharap kita ini mampu menangkap momentum ini sebelum momentum ini hilang," harap CT.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini