20 orang tersebut terdiri tiga orang warga warga Dusun Supit Urang, Desa Curah Kobokan Kecamatan Pronojiwo. Dan 17 warga Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro. 20 Pengungsi itu berasal dari tujuh KK. Terdiri 10 laki-laki, 10 perempuan, tiga anak-anak dan seorang balita.
Sejak lima hari lalu, mereka mengungsi dan tinggal sementara di dua rumah warga Dusun Ngade RT 2 RW 3 Desa Gogodeso Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Dua rumah yang ditempati tersebut merupakan rumah milik Trisna Safi"i dan Rumini.
"Kami masih takut dan susah tidur selama di pengungsian. Ini bapak minta dijemput kakak yang suaminya tinggal disini. Jadi yang disini tujuh keluarga, semua masih saudara. Kalau disini kami lebih tenang, terutama yang sepuh-sepuh dan anak-anak," tutur Sumaiyah (30) warga Dusun Kajar Kuning RT 3 kepada detikcom, Sabtu (11/12/2021).
Pemilik rumah, Sari mengaku, dia meminta suaminya yang asli Blitar menjemput orang tua dan saudaranya yang berada di pengungsian. Rasa kuatirnya pada keselamatan keluarganya melupakan kondisinya yang sebetulnya jauh dari mapan.
"Alhamdulillah saya bisa menghubungi adik saya sama bapak ibu saya di lokasi pengungsian. Mereka cerita kalau masih takut, anak-anak sering nangis. Mungkin trauma. Jadi saya minta tolong suami untuk menjemput mereka sewa mobil," tutur Sari.
Kepala Desa Gogodeso, Suwandari Ariwibawa langsung berkoordinasi dengan Camat Kanigoro dan Dinsos Pemkab Blitar untuk menerima kedatangan para pengungsi korban erupsi Semeru ini. Selama mereka mengungsi di Blitar, mereka mendapatkan makanan siap saji tiga kali dalam sehari dari Dinsos Pemkab Blitar. Selain itu, tampak bantuan kasus, pakaian dan bahan pangan menumpuk di depan rumah.
"Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan. Mereka saudara kita. Seberapa lama mereka tinggal di sini, akan kami upayakan untuk membantu yang terbaik," pungkasnya. (fat/fat)