Nur Hasanah (46) tak mampu menahan tangis saat melihat rumahnya yang hancur terdampak erupsi Gunung Semeru. Ia merupakan warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
"Baru hari ini saya pulang, ingin melihat rumah saya. Tapi rumah saya sudah tidak ada, hancur semua," kata Nur di lokasi, Senin (6/12/2021).
Nur mendatangi tempat kelahirannya diantar oleh kerabat. Kediamannya nyaris rata dengan tanah, akibat diterjang abu vulkanik. Di kampung halaman Nur ini, ada 70 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi korban terdampak erupsi Semeru, Sabtu (4/12/2021).
Sambil terus memandangi rumahnya, Nur terus menangis. Wanita yang merupakan guru mengaji ini sesekali mengusap air matanya. Berupaya tegar meski rumah yang pernah ditempati hancur terkena abu vulkanik.
Ia mengungkapkan, tidak ada harta benda miliknya yang bisa diselamatkan. Semuanya hancur dan tertimbun abu vulkanik.
Rumah dan musala milik keluarganya biasa digunakan mengajar mengaji anak-anak Dusun Umbulan. "Tidak ada lagi yang tersisa. Semuanya rusak. Gak ada yang bisa kami selamatkan lagi," ucapnya.
Nur mengaku sudah 16 tahun hidup di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Saat kejadian, Nur masih sempat melihat banjir lahar dingin di aliran sungai yang tak jauh dari rumahnya.
"Saat itu kami masih sempat melihat banjir lahar. Tiba-tiba dengan cepat Semeru meletus. Saya dan anak saya langsung lari menyelamatkan diri," kenangnya.
Simak video 'Saat Korban Semeru Nekat Pulang, Selamatkan Ternak Hingga Harta Benda':