Tak bisa dipungkiri jika Indonesia wilayah rawan bencana. Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr Amien Widodo mengatakan Indonesia bermukim di kawasan tumbukan lempeng yang aktif dan wilayah beriklim tropis.
Hal ini yang menjadikan Indonesia menjadi wilayah rawan bencana. Seperti gempa, tsunami hingga bencana hidrometeorologi.
"Artinya kita bermukim di kawasan rawan gempa, tsunami, likuifaksi, letusan gunung. Pada saat yang sama kita bermukim di kawasan banyak hujan, angin, panas, air laut pasang, ombak besar, yang terjadi berbulan bulan per tahun, juga fenomena el nino, la nina, siklon," papar Amien kepada detikcom di Surabaya, Kamis (2/12/2021).
Jika terjadi bencana, Amien menyebut baiknya masyarakat tidak menyalahkan alam. Namun, masyarakat justru bisa berkawan dengan bencana. Salah satunya, dengan mengenali tanda bencana hingga cara menyelamatkan diri.
"Kejadian-kejadian alam itu sudah ditentukan kadar kekuatannya, periode ulangnya, lokasinya, jalurnya, sebagai bagian dari dinamika bumi yang harus terjadi. Kita harus terus menerus berusaha mengenali itu semua dan beradaptasi dengan keadaan yang ada di sekitar kita," tambah Amien.
Contohnya, jika bermukim di kawasan gempa Magnitudo 6.0, maka sebaiknya membangun rumah harus mengikuti aturan bangunan tahan gempa. Lalu, seluruh masyarakat yang bermukim harus menyiapkan diri terhadap gempa tersebut.
Simak video 'Analisis BMKG terkait Kondisi Cuaca di Lokasi Bencana Alor dan Kota Batu':
"Maka tidaklah bijak, saat terjadi bencana, justru kita menyalahkan gempa, gunung meletus, hujannya ekstrem, anginnya kencang, air laut pasang dan sebagainya. Pada akhirnya kita tidak akan pernah tahu kesalahan tersebut dan akan mengulangi kesalahan yang sama berulang-ulang," sesal Amien.
Tak hanya itu, Amien mengatakan Negara Jepang juga mirip dengan Indonesia yang rawan bencana. Namun, penduduk Jepang bisa belajar hingga memahami karakter gempa.
"Negara Jepang persis seperti Indonesia, banyak gempa dan bencana lainnya. Mereka tidak berfikir tentang takdir apalagi azab. Mereka harus bertahan hidup menghadapi gempa. Mereka harus belajar, meneliti, memahami karakter gempa," ungkap Amien.
Salah satu yang dipahami Jepang dan menjadi pemahaman seluruh dunia yakni gempa berulang di tempat yang sama, dengan kekuatan yang sama dan dengan periode ulang yang tertentu.
"Atas dasar karakter gempa tersebut, Jepang membuat alat ukur gempa, membuat bangunan tahan gempa, membuat pondasi yang bisa meredam gempa. Jepang juga memahamkan dan melatih rakyatnya sejak TK dalam menghadapi gempa," jelas Amien.
Hal ini pun memiliki dampak nyata. Misalnya saat terjadi gempa di Jepang, tidak menelan banyak korban.
"Hasilnya nyata, bisa kita bandingkan negara Jepang dan negara kita saat terjadi gempa dan tsunami Aceh korbannya mencapai 200 ribu, tapi di Jepang korbannya tidak lebih dari 20 ribu. Hasilnya juga luar biasa sebab apa yang dilakukan Jepang bermanfaat bagi umat manusia di seluruh dunia," pungkasnya.