Sejumlah upaya pun dilakukan sekutu untuk membungkam perjuangan dan perlawanannya Saat itu, pemerintah Belanda sempat memburunya berkali-kali, namun gagal.
Singkat cerita, Mbah Boncolono pun tewas di tangan Belanda. Dalam cerita rakyat, pria yang akrab disapa Ki Ageng Gentiri ini tewas terbunuh dengan kepala terpenggal. Selanjutnya tubuh dan kepalanya dikuburkan secara terpisah.
Konon untuk mengalahkan kesaktiannya, tubuh Mbah Boncolono harus dimakamkan secara terpisah. Sebab, jika tidak, Maling Gentiri itu dipercaya akan hidup kembali.
Bagian kepala dimakamkan di lingkungan Ringin Sirah, lokasinya terletak di pusat kota, tepatnya di belakang pusat perbelanjaan, di simpang empat jalan antara Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Joyo Boyo Kota Kediri.
Pengambilan nama Ringin Sirah karena lokasinya terdapat pohon Beringin yang berdiri kokoh dan begitu besar. Dalam bahasa Jawa, istilah sirah artinya kepala.
Sementara untuk jasad tubuhnya disemayamkan di dataran tinggi, tepatnya di atas bukit atau Gunung Mas Kumambang. Lokasinya masuk ke dalam kawasan Wisata Selomangkleng.
"Jadi konon Mbah Boncolono ini memiliki ilmu kanuragan yang sering disebut Ajian Pancasona, yakni meskipun pemilik ilmu dibunuh, dengan cara apapun tetap akan hidup, kecuali bagian tubuhnya dipisahkan dengan bagian lainnya. Tapi ini konon demikian cerita dari turun temurun," kata Asisten 3 Bagian Administrasi Umum Pemkot Kediri Nur Muhyar, Jumat (26/11/2021).
Meski begitu, Mbah Boncolono dianggap gugur sebagai ksatria dalam membela rakyat kecil, khususnya di Kediri.
"Yang perlu kita teladani sebagai generasi saat ini adalah jiwa dan semangat kisah Mbah Boncolono yang berjuang demi ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan berjuang demi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan ekonomi," pungkas Nur Muhyar.
Simak juga Video: Air Kolam Patirtan Candi Penataran Blitar Dipercaya Bikin Awet Muda
(fat/fat)