Mbah Boncolono dikenal sebagai orang yang sakti. Namun, ilmunya digunakan untuk menolong kaum lemah. Dia disebut pembangkang yang menolak tunduk pada pemerintahan Belanda. Mbah Boncolono juga kerap mencuri atau merampok harta kolonial. Harta itu tak dimiliki sendiri, tetapi dibagikan pada masyarakat miskin.
Perbuatan itu tak dilakukan sendiri. Ki Ageng Gentiri mengajak temannya Tumenggung Mojoroto dan Poncolono untuk merampok. Ketiganya sama-sama tak suka melihat orang Belanda yang kejam dan biadab pada warga pribumi.
Tempat pemakaman Ki Ageng Gentiri dinamakan Astana Boncolono. Di Astana Boncolono, dia dimakamkan bersama dua kawannya, Tumenggung Mojoroto dan Poncolono.
"Mereka ini bertiga saudara seperguruan," kata Asisten 3 Bidang Umum Pemkot Kediri Nur Muhyar kepada detikcom di Kediri, Kamis (25/11/2021).
Baca juga: Mengenal Mbah Boncolono Robin Hood Asal Kediri |
Nur menjelaskan keturunan dari Mbah Boncolono sampai sekarang masih ada dan tinggal menetap di Jakarta.
"Keturunannya masih ada, salah satu namanya adalah Japto S Soerjosoemarno SH tinggal di Jakarta," jelasnya.
Pada tangal 10 September 2004, pihak keluarga besar Boncolo dan seluruh keturunannya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Kediri untuk merenovasi Astana Boncolono di kawasan wisata Selomangkleng, Kota Kediri.
Pihak keluarga besar Boncolono menyerahkan seluruh bangunan dan fasilitas pendukungnya untuk diresmikan hingga dikelola Pemkot Kediri. Hal ini dalam rangka melestarikan budaya nasional dan menambah aset pariwisata Kediri.
Untuk bisa memudahkan pengunjung yang ziarah ke Astana Mbah Boncolono, jalan yang dilalui dibuat seperti layaknya tangga berundak. Jika dihitung, jalan tangga berundak berjumlah kurang lebih 473 tangga.
"Banyak yang datang ke sini, terutama pada hari Kamis malam Jumat, baik laki-laki maupun perempuan. Ya, sekadar untuk berdoa di sana, kadang sore maupun malam hari," ujar salah satu pemilik warung kopi yang lokasinya berada tepat di bawah Astana Boncolono, Mbah Darno.
(fat/fat)