Hingga saat ini, belum ada pembersihan material longsor. Pasalnya, kondisi musim hujan yang intensitasnya tinggi membuat petugas khawatir adanya longsor susulan. Sebab, bagian mahkota atau lokasi titik awal longsor merupakan sumber air.
Kades Tugurejo, Siswanto menambahkan saat ini yang paling merasakan dampak adalah akses jalan. Terutama anak sekolah dan warga yang kini harus memutar sejauh 5 kilometer agar bisa sampai ke tujuan.
"Anak-anak sekolah itu harus memutar dan warga sini mayoritas petani, yang sawahnya di bagian sana harus memutar juga," terang Siswanto kepada wartawan, Selasa (23/11/2021).
Menurutnya, meski terkendala akses jalan. Mereka saat ini masih menunggu cuaca dan kondisi di titik longsor. Sebab, jika memaksa membersihkan dengan alat berat pun dikhawatirkan ada longsor susulan.
"Mungkin sebulan ke depan kita melihat seperti apa dan tetap menampung warga agar mereka tetap aman," imbuh Siswanto.
Pantauan detikcom, puluhan warga tersebut mengungsi di tiga titik. Di bagian timur dari longsor ada 1 titik dan bagian barat ada 2 titik. Kebutuhan logistik mereka saat ini dipenuhi oleh BPBD Ponorogo dan Dinsos Ponorogo serta warga setempat.
Salah satu warga, Wasidi (48) mengaku tidak berani tinggal kembali di rumahnya. Sebab, jarak rumahnya dengan titik longsor hanya berjarak 5 meter.
"Saya harus pindah dengan anak dan istri, mencari lokasi yang aman dari longsor. Saya masih takut, suara glegar Jumat malam itu masih terngiang," pungkas Wasidi. (fat/fat)