Sebelumnya, uji praklinik Vaksin Merah Putih telah dilakukan pada hewan. Dan hasilnya menunjukkan hasil bagus dan memiliki efisiensi tinggi.
Humas Unair dr Martha Kurnia mengatakan ada sejumlah kriteria penerima vaksin. Pertama yakni berusia 18 tahun ke atas dan memiliki badan sehat.
Baca juga: Saat Vaksin Merah Putih Melangkah Pasti dengan Ujicoba ke Manusia |
"Kriterianya yang pertama usia 18 tahun ke atas dan berbadan sehat. Tadi sempat disebutkan ada dua grup 18 sampai 60 dan 60 tahun ke atas. Istilahnya yang mau usia 70 silakan mendaftar," kata Martha di Surabaya, Jumat (12/11/2021).
Martha mengatakan relawan uji klinik Vaksin Merah Putih memang diprioritaskan bagi yang belum pernah mendapat vaksin. Namun, bagi masyarakat yang sudah divaksin masih bisa mendaftar sebagai relawan.
"Tapi jangan merasa yang sudah vaksin nggak bisa. Tetap bisa. Yang baru vaksin satu kali atau dua kali vaksin masih bisa dengan syarat vaksinnya lebih dari 6 bulan," tambahnya.
"Kalau yang sudah terpapar COVID-19 bagaimana? Boleh. Asalkan sudah lebih dari 3 bulan," imbuh Martha.
Sementara itu, Martha mengatakan para relawan yang memenuhi kriteria tidak akan langsung mendapatkan dosis vaksin. Tapi mereka akan melewati proses penyaringan. Proses ini terdiri dari pemeriksaan laboratorium hingga radiologi.
"Karena ada proses penyaringan, untuk yang komorbid sangat diperbolehkan. Misalnya dia yang punya diabet, punya hipertensi, tapi yang badannya sehat bisa beraktivitas, boleh," ungkapnya.
Baca juga: Gazebo di RSU Soetomo Disiapkan untuk Uji Klinik Vaksin Merah Putih Unair |
Di kesempatan ini, Martha memaparkan sejumlah manfaat dari penerima vaksinasi. Salah satunya, mendapat pengawasan dari dokter selama 6 bulan.
"Manfaat yang didapat dari penerima vaksin, mendapatkan manfaat dari vaksin inactivated yang dikembangkan Unair itu dan mendapatkan pengawasan fisik dan laboratorium oleh setiap peneliti, dana transpor setiap kunjungan," papar Martha.
"Untuk yang tadi yang saya sampaikan akan menerima 2 kali suntikan. Suntikan pertama, lalu nanti 28 hari itu suntikan lagi. Selama itu akan diamati tim peneliti selama 6 bulan itu apa saja sih risikonya akan masuk dalam pengamatan tim peneliti," pungkasnya.