Veteran ini yakni Suwandi (100) warga Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Dengan jelas, Suwandi mengaku masih ingat perjuangannya saat perang Agresi Militer II tahun 1947.
"Tahun berapa persisnya saya lupa," kata Suwandi membuka ceritanya, Kamis (11/11/2021).
Suwandi menyebutkan, sejak remaja ia sudah menjadi serdadu perang di berbagai tempat. Di antaranya perang di Surabaya, di Jember dan terakhir perang melawan Belanda di Banyuwangi.
Berdasarkan buku sejarah lokal 'Peranan Rakyat Besuki (Jawa Timur) pada Masa Perang Kemerdekaan', Agresi Militer II dimulai tahun 1947. Pada 1948, tentara Indonesia dipaksa untuk meninggalkan kota dan terdesak hingga ke pedesaan.
Kondisi terdesak ini juga terjadi di Banyuwangi. Kala itu, Suwandi bersama veteran lainnya sedang berjuang untuk mengusir militer Belanda, yang mendarat di pesisir Banyuwangi. Regu perlawanan Suwandi dipukul mundur hingga nyaris tak tersisa.
"Belanda datang kami berperang. Karena kalah jumlah dan senjata akhirnya terpaksa mundur," kenang Suwandi.
Suwandi mengaku mundur hingga lereng Gunung Raung. Sementara rekan-rekan veteran lainnya bersembunyi di Alaspurwo dan berenang ke Bali. Militer Belanda terus melakukan pengejaran. Regu perlawanan Suwandi menjadi buron. Selama masa pengejaran ini, banyak pribumi yang ikut menjadi korban.
Suwandi dan regunya, harus bertahan hidup dengan memakan dedaunan dan minum air sungai atau kubangan. Siang ataupun malam, semuanya mencekam. Tidak lagi ingat keluarga ataupun saudara. Hanya hidup atau mati setiap harinya.
"Pokoknya lari. Ada yang ke Purwo (Alaspurwo) ada yang ke arah Gunung Raung," terangnya.
Dandim 0825 Banyuwangi Letkol Inf Yuli Eko Purwanto mengatakan, pihaknya saat ini sedang menginventarisir veteran perang di Indonesia. Satu per satu veteran didata untuk mendapatkan tali asih. Jika perlu, pemerintah akan memberikan santunan hingga akhir hayat.
"Ini kita akan data kembali mereka. Beliau salah satu saksi sejarah perang kemerdekaan. Tentu ini akan menjadi hal yang baik. Jaminan hidup nanti akan kita pikirkan hingga akhir hayat," pungkasnya.