Mendhak Sangring Masuk Warisan Budaya Tak Benda, Jamuan Makan Dimasak Kaum Adam

Mendhak Sangring Masuk Warisan Budaya Tak Benda, Jamuan Makan Dimasak Kaum Adam

Eko Sudjarwo - detikNews
Sabtu, 30 Okt 2021 10:07 WIB
Ritual Budaya dari Lamongan Ini Masuk Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Ritual di Lamongan (Foto: Eko Sudjarwo/detikcom)
Lamongan - Mendhak Sangring sudah menggelar tradisi ini sejak lama. Mendhak Sangring ini pertama kali dimunculkan oleh Ki Buyut Terik, sesepuh desa. Dulunya adalah jamuan untuk para tamu dan sedekah bumi yang sudah bertahan sejak ratusan tahun lalu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan Siti Rubikah mengatakan, setiap tahun warga Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang mempunyai tradisi unik berupa Mendhak Sangring. Sangring ini harus dimasak laki-laki dan jumlah piring untuk jamuan para tamu harus sebanyak 44 buah piring.

"Tahun ini Mendhak Sangring masuk sebagai warisan budaya tak benda atau intangible cultural heritage nasional," kata Siti Rubikah dalam perbincangannya dengan detikcom, Sabtu (30/10/2021).

Rubikah mengungkapkan, untuk menentukan yang memasak saat prosesi sangring ini tidak ada kriteria tertentu. Masakan Sangring ini berupa masakan yang berbahan dasar ayam. Ayam-ayam tersebut sumbangan dari warga, begitu juga bumbu lengkap dan kayu bakarnya.

"Tidak ada syarat khusus untuk kokinya. Hanya jumlahnya sebanyak 40 laki-laki. Selain itu, hasil masakan pantang dicicipi lebih dulu," ungkapnya.

Menurut Rubikah, Tradisi Sanggring selalu digelar tiap 27 Jumadil Awal tiap tahun dan saat memasak mereka menggunakan 3 buah kenceng (wajan besar). Pasca prosesi Sangring ini tuntas, kepala desa, tokoh masyarakat dan penduduk Desa Tlemang ini membawa ambeng (Berbagai macam makanan kiriman dari warga) ke punden atau makam Ki Buyut Terik sebagai bagian dari sedekah bumi warga desa.

Dalam tradisi Sanggring, lanjut Rubikah, masyarakat Desa Tlemang disuguhi seni tradisi berupa wayang krucil dengan menampilkan 4 orang sinden. Wayang terbuat dari kayu itu telah menjadi satu sajian dalam tradisi Sanggring dengan dalang yang berasal dari Desa Tlemang.

"Wayangnya harus wayang Krucil, karena dalam tradisi Sangring wayang kulit tidak boleh dipentaskan, pertunjukan wayangnya harus wayang krucil," jelasnya.

Setelah prosesi ritual di Lamongan itu tuntas, kepala desa, tokoh masyarakat dan penduduk Desa Tlemang membawa berbagai macam makanan kiriman dari warga ke punden atau makam Ki Buyut Terik untuk dimakan bersama-sama. (fat/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.