9 ABK Jatim Terkatung-katung di Laut AS Karena Kapal Tak Ada yang Beli

9 ABK Jatim Terkatung-katung di Laut AS Karena Kapal Tak Ada yang Beli

Muhammad Aminudin - detikNews
Jumat, 29 Okt 2021 20:02 WIB
Sembilan Anak Buah Kapal (ABK) MV Voyager terkatung-katung di Perairan Guam, sebelah barat Samudera Pasifik. Wilayah itu masuk Amerika Serikat.
MV Voyager/Foto: Tangkapan Layar
Batu -

Sembilan ABK MV Voyager terkatung-katung di Perairan Guam, Amerika Serikat. Itu terjadi karena kapal tersebut tidak ada yang membeli.

Ali Akbar Cholid (27), salah satu ABK MV Voyanger menceritakan bagaimana kondisi mereka saat ini di kapal. Menurut Ali, semua ABK menunggu kepastian dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Amerika Serikat dan International Transportation worker's Federation (ITF).

Sebelumnya, sembilan ABK telah menghubungi KJRI di Los Angeles untuk menyampaikan nasib mereka. "Kalau kondisi terkini masih menunggu info lanjut dari ITF maupun KJRI," ucap Ali kepada detikcom melalui aplikasi WhatsApp, Jumat (29/10/2021).

Ali kemudian menceritakan secara detail bagaimana kronologi sehingga mereka bisa sampai di Guam, Amerika Serikat. Kapal MV Voyanger berangkat dari Bali menuju Guam dengan tujuan pengiriman kapal untuk dijual. Sampai di tujuan, ternyata tidak ada pembeli. Sementara pemilik kapal berada di Kanada.

"Berhubung kapal tidak ada yang membeli, pihak owner tidak bisa membayar gaji, dan tidak bisa memulangkan kru. Sudah lima bulan lebih kru tidak digaji, dan semua kru ingin kembali pulang ke Indonesia," paparnya.

Ali menambahkan, karena ABK kapal seluruhnya warga negara Indonesia, maka mereka menghubungi KJRI yang berada di Los Angeles. "Itu sudah tiga bulan yang lalu, kita menghubungi KJRI. Tetapi dari jawaban pihak KJRI masih menunggu proses," imbuhnya.

Selain melapor kepada KJRI, ABK juga melaporkan kondisi mereka kepada ITF. Seperti halnya KJRI, ITF tengah mengusahakan kepulangan sembilan ABK.

Kabar terakhir yang diterima oleh sembilan ABK adalah, kapal MV Voyanger sedang menunggu proses diikat di tempat aman yaitu dock kapal. Nantinya di tempat tersebut, akan ada pihak yang mengawasi kapal. Baru kapal bisa ditinggalkan tanpa ABK.

"Karena Bulan Agustus sampai Desember biasanya ada musim taifun, dari sini masih belum dapat izin dari otoritas di sini kalau tiket sudah siap," ungkap Ali.

Lihat juga video 'Dua ABK KM Liberty 1 Ditemukan, Satu di Antaranya Meninggal':

[Gambas:Video 20detik]



"Dan katanya agen, penerbangannya satu minggu sekali. Kalau biaya pemulangan kita sudah ada yang membiayai dari pihak ITF. Cuma terkendala masalah izin di sini pihak pelabuhan tidak bisa mengizinkan kalau kapal di tinggal tidak ada yang menunggu di kapal," sambungnya.

Dengan kondisi itu, perhatian pemerintah tengah dibutuhkan oleh sembilan ABK MV Voyanger. Agar bisa memberikan garansi kepada otoritas pelabuhan hingga sembilan ABK dapat meninggalkan kapal.

"Oleh karena itu kita butuh bantuan support dari pemerintah untuk menekan pihak otoritas di sini agar bisa meninggalkan kapal," pungkasnya.

Selama lima bulan terkatung-katung di atas kapal, kebutuhan sembilan ABK disuplai pihak agensi di Guam.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.