Korban tersebar dan menjalani perawatan di RSUD Kertosono, Puskesmas Kertosono, Klinik kesehatan Pabrik Gula PG Lestari, dan klinik kesehatan Nafira. Keseluruhan pasien korban keracunan mengeluhkan gejala yang sama yakni muntah dan diare hingga mengalami dehidrasi.
"Total yang masuk Dinkes 60 orang (korban keracunan). Gejala mual muntah dan dehidrasi. Kita sebatas mendata dan penyelidikan penyebabnya ya detailnya ke Kadinkes," ujar Fitri salah satu petugas Dinkes kepada wartawan saat memintai keterangan pasien di RSUD Kertosono Rabu (27/10/2021).
Fitri mengatakan pendataan dari 60 an korban keracunan itu baik rawat inap dan rawat jalan. "Pendataan mulai Selasa kemarin pagi sampai sekarang yang dilaporkan 60 an (korban keracunan). Ada rawat inap dan rawat jalan," kata Fitri.
Dokter jaga RSUD Kertosono, dr Mamluatul Karimah, mengatakan hingga siang ini masih ada 14 pasien korban keracunan dalam perawatan. Dari 14 pasien, dua di antaranya adalah anak-anak.
"Masih ada 14 pasien dan dua di antaranya anak- anak dengan keluhan mual, muntah, diare. Tapi ini kondisinya mulai membaik setelah sebelumnya sempat ada yang parah," ujar dr Mamluatul.
Kepala Puskesmas Kertosono, Suryanto, saat dikonfirmasi mengatakan saat ini ada 27 pasien yang sempat rawat inap dan telah dipulangkan. Mereka dilakukan rawat jalan oleh tim medis yang mendatangi pasien.
'Alhamdulilah sudah rawat jalan semua dan oleh tim medis selalu di monitor," kata Suryanto.
Kasus keracunan massal ini diketahui saat 18 warga Desa Banaran dilarikan ke RSUD Kertosono karena mengalami mual, muntah, dan diare. Bahkan ada 1 warga yang meninggal diduga keracunan yakni seorang perempuan berusia 61 tahun. (iwd/iwd)