Kasus demam berdarah (DBD) di Indonesia berdsaarkan data kemenkes meningkat. Hingga 14 Juni 2021, kasus DBD di tanah air mencapai 16.320 kasus.
Berbekal inovasinya, kedua siswi ini pun mengikuti ajang Excom Expo Virtual Award Internasional Science Fair di Afrika Selatan pada 11 Oktober 2021 lalu. Penelitian berjudul "The Effectivity of Mollent-Gel (Calamus Mosquito Repellent Hydrogel) in Aedes aegypti" berhasil meraih medali emas.
Kaisa Sabila mengatakan, akar rimpang jeringau sendiri dipilih sebagai anti nyamuk karena memiliki bau yang terbukti dapat mengusir nyamuk, terutama aedes aegypti. Bahkan, dalam penelitiannya ditemukan efektivitas mencapai 80 persen.
"Tanaman ini memiliki aroma seperti rempah-rempah yang tidak disukai nyamuk. Kalau kandungan pada tanaman ini, ada fenol, flavonoid dan soponin dapat membuat nyamuk menghindar dalam beberapa saat," kata Kaisa saat ditemui di SMA Al-Hikmah, Jumat (15/10/2021).
Ia menjelaskan, untuk proses pembuatannya, pertama-tama tanaman rimpang jeringau diambil akarnya. Kemudian akar tersebut dipotong-potong dan direbus, setelah itu diambil extracknya.
"Nah, cairan extrack dari akar tersebut yang digunakan digunakan sebagai obat anti nyamuk. Bisa untuk menyingkirkan bahkan nyamuknya bisa mati jika menghirup dalam waktu lama, " jelas Kaisa.
Sementara Azhura mengaku cara pemakaian anti nyamuk ini cukup sedehana, yakni cairan extrack dari akar rimpang jeringau ini direndam selama sekitar 6 jam dengan media water balls agar kandungannya terserap di water balls. Kemudian, saat water balls mengembang, aromanya ekstrak rimpang jeringau akan keluar dan menyebar ke seluruh ruangan dalam jangka waktu 1-3 bulan.
"Jadi nanti anti nyamuknya bentuknya menyerupai boba, dimana aromannya menguap otomatis keseluruh ruangan dan membuat nyamuk menghindar. Perhitungannya 15 menit nyamuk menyingkir, kalau sampai mati di menit 45," jelasnya.
Menurutnya, boba pengusir nyamuk ini bisa awet hingga 3 bulan. Warna dari boba nyamuk sendiri unik, karena warna-warni dan orang tak mengira jika water balls tersebut terdapat ekstrak antik nyamuk.
"Sejauh ini kami menyimpan di dalam kulkas awet 3 bulan, tapi kalau dibiarkan di suhu ruangan 1 bulanan. Praktisnya bisa dibawa kemana-mana. Warnanya juga menarik warna-warni dari water balls," ujarnya.
Ke depannya, Kaisa dan Azhura berharap Mollent-Gel bisa menjadi alternatif obat nyamuk yang sudah ada. Apalagi bahan-bahan yang mereka gunakan tergolong ramah lingkungan.
Kepala Sekolah Al-Hikmah, Ahmad Fais mengapresiasi, pencapaian yang didapatkan para siswinya. Menurutnya, hal ini memang sesuai dengan visi dan misi sekolah, yakni sekolah Islam berbasis riset dan berwawasan global.
"Kita mewadahi penulisan karya ilmiah, tidak hanya sekedar menulis sesuai kaidah tapi harus kompetitif, sehingga layak diikutkan lomba. Kalau karya ilmiah kita punya lab yang masih memadai, ada peralatan bahan yang tidak bisa dipenuhi kami mencoba kerja sama dengan instansi lain. Di Ketintang ada akademi farmasi di Unesa, ada lab perlengkapan lebih lengkap untuk pinjam alat, kebutuhan bahan," pungkasnya.