Kenangan Wisma Tumapel di Malang Ludes Dibakar Saat Agresi Militer Belanda I

Kenangan Wisma Tumapel di Malang Ludes Dibakar Saat Agresi Militer Belanda I

Muhammad Aminudin - detikNews
Kamis, 14 Okt 2021 12:51 WIB
wisma tumapel
Wisma Tumapel yang dulu bernama Splendid Inn (Foto: Muhammad Aminudin)
Malang -

Wisma Tumapel yang dahulunya bernama Splendid Inn masih menyisakan kemegahan bangunannya. Tapi siapa sangka bangunan bersejarah ini pernah hangus ludes dibakar saat agresi militer Belanda I di tahun 1947.

Sejarawan Malang Rakai Hino Galeswangi mengatakan peristiwa itu dikenal dengan Malang Bumi Hangus. Malang bumi hangus merupakan simbol melawan kedatangan Belanda untuk menguasai Malang kembali.

Saat itu, kata Rakai, Belanda telah menata sedemikian rupa Kota Malang dengan apiknya, termasuk membangun kompleks di Jalan Ijen dan kawasan alun-alun bundar, yang kini jadi Bundaran Tugu berada depan Balai Kota Malang.

Saat Jepang masuk, Belanda pun terusir. Dan setelah Jepang kalah, Belanda sengaja masuk kembali ke Indonesia. Bangsa Indonesia pun melawan.

wisma tumapelWisma Tumapel (Foto: Muhammad Aminudin)

"Belanda sudah membangun Ijen. Ketika Jepang datang, Belanda diusir. Siapa yang ikhlas, Belanda lalu mengambil perjanjian sendiri dengan NICA, kalau Indonesia belum bisa berdiri sendiri, boleh diambil oleh Belanda," ucap Rakai Hino saat berbincang dengan detikcom, Kamis (14/10/2021).

Sebelum Kota Malang dikuasai Belanda kembali, maka Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersama rakyat membakar sejumlah bangunan yang ada di Kota Malang. Beberapa bangunan termasuk Wisma Tumapel, Balai Kota Malang, dan sekolah HBS yang sekarang menjadi SMA Tugu dibakar oleh t entara dan laskar.

"Rakyat menutup pintu jalan masuk dengan menebangi pohon-pohon satu hari sebelum Belanda datang ke Malang. TKR yang dibentuk memutuskan seperti Bandung, membakar sejumlah bangunan. Di situ balai kota dibakar, SMA Tugu dibakar, termasuk di Tumapel, hingga akhirnya mangkrak tidak berpenghuni," cerita Rakai.

Rakai yang juga aktif di Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) mengatakan bahwa bangunan di kawasan alun-alun bundar saat itu merupakan satu kesatuan, yang menjadi bouwplan II yakni pembangunan Kota Malang oleh pemerintah kolonial Belanda.

"Dari situ bouwplan Belanda mulai menata tata ruang kota malang, dia bentuk bouwplan 1, bouwplan 2, bouwplan 3, dia buat bundaran tapi belum ada tugunya kayak sekarang, hanya ada air mancurnya, terus balai kota, sebelahnya balai kota memang taman, kirinya balai kota itu taman, tapi belum ada jembatan, termasuk juga Splendid Inn, yang sekarang Wisma Tumapel itu," terangnya.

Barulah usai rangkaian perang mempertahankan kemerdekaan, baik melalui agresi militer I dan II, pemerintah Indonesia kembali membangun ulang sejumlah bangunan peninggalan tersebut termasuk Balai Kota, Wisma Tumapel, sekolah, dan alun-alun bundar.

"Ketika Bung Karno kembali mendirikan Balai Kota Malang, bundaran pas tengahnya dikasih tugu itu. Jadi tugu itu bukan ikon Kota Malang, tapi tugu simbol kemerdekaan Indonesia," katanya.

Usai dibangun kembali, sejumlah bangunan peninggalan Belanda itu difungsikan berbeda.

Balai Kota kembali digunakan sebagai pusat pemerintahan. Namun Wisma Tumapel yang dulunya penginapan tak berpenghuni dan terbengkalai. Selanjutnya wisma ini akhirnya dibeli dan dengan harga yang murah oleh IKIP Malang yang kini menjadi Universitas Negeri Malang (UM).

Sempat dipergunakan sebagai gedung perkuliahan sampai dengan rumah dinas dosen dan guru besar. Dan saat ini, UM berencana memanfaatkan Wisma Tumapel sebagai penginapan kembali, dengan nama Graha Tumapel.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.