Situs Watu Kucur terletak di tengah perkebunan tebu Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung. Bangunan purbakala ini ditemukan di sawah milik Setyo Budi, warga Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
Para arkeolog BPCB Jatim bakal menggali area seluas 15x15 meter di situs ini selama 10 hari. Yaitu 7-16 Oktober 2021. Penggalian arkeologi tersebut untuk menampakkan struktur kuno yang masih terpendam di dalam tanah.
Arkeolog BPCB Jatim Muhammad Ichwan berpendapat, Situs Watu Kucur merupakan tempat pemujaan pada zaman Majapahit. Karena ditemukan batu yoni di bagian selatan situs.
Yoni di Situs Watu Kucur mempunyai dimensi panjang 100 cm, lebar 100 cm dan tinggi 96,5 cm. Terdapat lubang berukuran 25,5x25,5 cm tepat di tengah-tengah bagian atas yoni. Lubang ini sebagai tempat batu lingga.
"Untuk batu lingganya belum kami temukan," kata Ichwan kepada detikcom di lokasi ekskavasi, Jumat (8/10/2021).
Pada masa Majapahit, lanjut Ichwan, batu lingga dan yoni identik dengan Agama Hindu beraliran Siwa. "Dari aspek Siwaistis, lingga dan yoni hubungannya dengan pemujaan. Lingga representasi Dewa Siwa laki-laki, sedangkan yoni representasi Dewi Parwati perempuan. Menyatunya laki-laki dan perempuan melambangkan kesuburan," terangnya.
Ia menjelaskan, pada masa Majapahit, batu lingga dan yoni ditempatkan di bangunan-bangunan suci untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Pemujaan menggunakan lingga-yoni biasa dilakukan para penganut Hindu aliran Siwa pada masa lalu.
"Bangunan candi atau tempat suci Hindu Siwa, di ruangan candi ada arca Dewa Siwa. Kalau tidak ada, diwujudkan dalam bentuk lingga yoni," jelas Ichwan.
(sun/bdh)