Musim hujan diprakirakan mulai mengguyur wilayah Jawa Timur pertengahan Oktober 2021. Perum Jasa Tirta (PJT) I mengingatkan masyarakat agar tidak kaget jika nantinya ada perubahan kualitas air sungai di sejumlah kali Surabaya.
Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan menyebut penurunan kualitas air ini diakibatkan limbah di pemukiman yang masuk ke sungai.
"Kualitas air sungai di musim hujan tidak semakin baik tetapi semakin jelek karena limbah di pemukiman masuk sungai. Sebagian besar memang limbah rumah tangga seperti popok, plastik dan lain sebagainya," ujar Raymond di Surabaya, Jumat (8/10/2021).
Penurunan kualitas air sungai ini biasanya ditandai dengan penurunan kadar oksigen terlarut dalam air. Menurutnya, standar oksigen terlarut dalam air mencapai 2 - 4 miligram per liter, agar air bisa masuk pada golongan yang bisa diolah kembali. Biasanya, jika oksigen turun di bawah 2 miligram per liter, maka akan terjadi fenomena ikan mabuk.
"Kalau terjadi ikan mabuk, di manapun itu, tolong hubungi kami. Itu biasanya karena penurunan oksigen. Tetapi kalau ada bau atau warnanya berubah, berarti ada yang membuang limbah. Ini kemarin sempat terjadi di Bengawan Solo. Air sungai menjadi coklat tua. Ternyata ada industri alkohol yang membuang limbah ke sungai," ungkapnya.
Tak hanya itu, Raymond memaparkan jumlah sampah yang ada di sepanjang Kali Surabaya terus bertambah. Saat ini, ada sekitar 400 ton sampah basah per Minggu yang bisa diangkat dari Kali Surabaya.
Simak juga 'Waspadai Potensi Hujan Lebat di Beberapa Wilayah':
Volume sampah ini biasanya semakin tinggi di saat-saat tertentu seperti musim hujan. Raymond menyebut besar sampah padat seperti plastik.
"Dari pengamatan kami, jenis sampah semakin banyak. Kalau dulu di hulu itu 30 persen adalah sampah anorganik, sekarang naik menjadi 40 persen seperti plastik kaca dan berbagai material yang tidak bisa diuraikan," ungkapnya.
Hal ini diakibatkan perubahan pola hidup masyarakat, utamanya di masa pandemi. Karena banyak masyarakat yang di rumah saja menyebabkan peningkatan sampah rumah tangga.
"Banyak orang yang tinggal di rumah sebenarnya mengakibatkan kenaikan jumlah sampah rumah tangga. Untuk itu kami mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai," ujarnya.
Sementara agar tidak terjadi banjir, BUMN pengelola sumber daya air itu juga telah menyiapkan tiga unit eskavator apung. Alat ini untuk melakukan pengambilan sedimen dan sampah dari sungai sepanjang musim hujan.
"Kami akan lakukan pengambilan sedimen di sungai dari Wringin Anom hingga Gubeng. Kami juga akan imbau, minta tolong kepada pemerintah kabupaten kota untuk urusi sampah karena sampah sebenarnya tanggung jawab pemkab atau pemkot," ujarnya.
Selain itu, Raymon mengatakan peran masyarakat juga sangat diperlukan. Di antaranya tidak membuang sampah padat di sungai.