Sejak 19 September 2021, empat ekor kebo bule tersebut diserahterimakan ke Ketua Paguyuban Kawulo Keraton Surakarta (Pakasa) Ponorogo, KRA Gendut Wiryo Diningrat. Empat hewan yang memiliki nilai historis tersebut masing-masing memiliki nama Kiai Patmono, Nyai Ngatmini, Kiai Setu dan Nyai Suti.
"Keempat kebo atau maeso ini kemudian dibawa pulang ke Ponorogo, terus Pak Bupati tanggap. Akhirnya ini bisa menjadi aset Ponorogo," tutur Wakil Ketua Pakasa KRA Suro Agul-Agul atau Sunarso (54) kepada wartawan, Sabtu (2/10/2021).
Sunarso menambahkan, empat maeso tersebut saat ini sementara ditempatkan di kandang di Desa Bajang, Kecamatan Balong. Sembari menunggu Pemkab Ponorogo menyediakan lokasi yang strategis untuk keempat kebo bule tersebut.
"Maeso ini bisa jadi ikon Kabupaten Ponorogo," terang Sunarso.
Pemeliharaan kerbau ini tidak mudah, lanjut Sunarso, harus menyediakan tempat berendam. Sebab, kebo berbeda dengan sapi yang bulunya lebih tebal.
"Kalau kebo kan tidak tahan panas, jadi harus ada kubangan untuk berendam," papar Sunarso.
"Sampai pada tahun 1745 Ponorogo memberi kebo bule yang bernama Kiai Slamet. Oleh sinuwun PB II kebo tersebut tidak disembelih melainkan dipelihara hingga beranak pinak sampai sekarang," imbuh Sunarso.
Baca juga: Kerbau Bule Keramat Milik Keraton Solo Mati |
Sunarso pun berharap dengan adanya kebo bule di Ponorogo bisa membawa keberkahan untuk Bumi Reog. Sekaligus menarik wisatawan.
"Ini kebanggaan Ponorogo bisa membawa keberkahan termasuk wisata akan lebih luar biasa patut kita syukuri. Mengharap keberkahan luar biasa," pungkas Sunarso.