Kisah Pria di Blitar Berkali-kali Ganti Profesi Selama Pandemi

Kisah Pria di Blitar Berkali-kali Ganti Profesi Selama Pandemi

Erliana Riady - detikNews
Senin, 27 Sep 2021 09:49 WIB
Pandemi COVID-19 memaksa banyak orang banting setir untuk bertahan hidup. Seperti yang dialami warga Blitar, Edi Kamari
Warga Blitar, Edi Kamari/Foto: Erliana Riady/detikcom
Blitar -

Pandemi COVID-19 memaksa banyak orang banting setir untuk bertahan hidup. Seperti yang dialami warga Blitar, Edi Kamari.

Pria 57 tahun itu tampak terampil memasukkan ujung jarum besar di sela sol sepatu. Padahal ilmu menjahit sepatu dipelajarinya secara singkat dari seorang teman, yang berkeluh kesah di jalanan Kota Blitar.

Warga Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar ini harus pulang kampung satu tahun yang lalu. Efek domino pandemi Corona membuat pabrik semen di Gresik tempatnya bekerja mengurangi jumlah karyawan.

Edi buruh pengangkut semen di pabrik itu. Sejak awal 2021, pabrik mengurangi jumlah karyawan karena pendapatan menurun akibat turunnya daya beli konsumen. Edi memutuskan pulang kampung kembali ke rumah orang tuanya. Uang pesangon dari pabrik dibelikan becak. Rencananya, dia menarik becak di kawasan Makam Bung Karno (MBK).

Ternyata, kenyataan yang dihadapi tak semulus rencananya. Persaingan ketat antartukang becak dan ditutupnya lokasi wisata di Blitar, sempat membuat Edi kelimpungan. Lokasi mangkal pun bergeser di sekitar Pasar Legi Kota Blitar.

"Hanya beberapa bulan saya narik becak. Tapi ternyata badan saya gak kuat. Saya berpikir, gimana caranya tetap dapat penghasilan tapi tenaganya gak banyak keluar. Lalu saya lihat orang yang jahit sepatu itu," tutur bapak satu anak ini kepada detikcom, Senin (27/9/2021).

Seorang kawan tukang sol sepatu yang mangkal di kawasan Pasar Legi, dengan ikhlas mengajarinya. Edi dengan cepat belajar. Baginya, semua pekerjaan harus bisa dikerjakan, selagi Tuhan memberi kemampuan melihat dan memegang dengan baik.

"Selagi ketok, iso didelok, iso didemok yo kudu iso dikerjakke (selagi kelihatan, bisa dilihat dan dipegang ya harus bisa dikerjakan," ujar Edi.

Lihat juga video 'Korban Penembakan di Tangerang Kerja Sebagai Paranormal & Ahli Pengobatan':

[Gambas:Video 20detik]



Edi ingat betul, semua peralatan menjahit sepatu diberi kawannya itu. Dia mulai berani mangkal sendiri menawarkan jasa menjahit sepatu sejak tiga bulan lalu. Kawannya bahkan tak keberatan, lokasi mangkal mereka berdekatan. Karena menurut kawannya, jatah rezeki tiap orang sudah ditakar dan tak mungkin salah alamat.

"Tiga bulan ini saya sudah mangkal di sini. Alhamdulillah, rezekinya gak mesti sama tiap hari. Kadang dapat Rp 60 ribu kalau sepi. Pas ramai pernah dapat Rp 100 ribu," ungkapnya.

Kualitas jahitan tangan Edi sangat rapi. Dia juga bekerja cepat, sehingga orang yang butuh tenaganya membetulkan sepatu yang jebol, bisa menunggu. Sekitar 10 menit, sepasang sepatu sudah terjahit solnya dengan rapi. Edi mematok tarif hanya Rp 10 ribu per pasangnya.

Jalan hidup Edi berliku. Edi sekarang hidup dengan seorang anak prianya, menumpang di rumah saudara mereka di Kota Blitar. Sadar sebagai pendatang, Edi tidak mungkin mendapat bantuan selama Pandemi COVID-19. Namun dalam pikirannya, hidup itu harus diperjuangkan sendiri.

"Walaupun saya hidup susah, saya tidak pernah menggantungkan bantuan orang lain. Ini hidup pilihan saya, harus saya perjuangkan sendiri. Asal gelem obah pasti iso mamah," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.