Tujuh UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha tersebut yakni di Pasuruan, Jombang, Magetan, Blitar, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi. Ketujuh mobil ambulance ini dilengkapi berbagai peralatan medis. Seperti tempat tidur, tabung oksigen, hingga regulator.
Khofifah mengatakan ambulans ini disiapkan untuk memberikan layanan penjangkauan non-panti bagi para lansia. Namun menurutnya, basis format kekeluargaan yang ada di Jatim adalah Extended Family. Sehingga diharapkan para lansia tetap ada di tengah-tengah keluarga.
Format extended family ini dengan mengedepankan pendekatan keluarga di mana tidak hanya keluarga inti seperti ayah, ibu dan anak. Namun ada anggota lain yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek, nenek, dan lain-lain.
Sehingga ketika masih ada sanak keluarga, diharapkan lansia tetap ada di tengah-tengah keluarga dan mendapatkan layanan dari keluarganya sendiri.
"Saya harap sebetulnya proses pendekatan kita adalah tetap keluarga. Selagi keluarga masih memungkinkan memberikan layanan bagi para lansia, jangan dijauhkan dari keluarga. Jadi basis pelayanan kita adalah tetap pada keluarga, extended family," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (10/9/2021).
Format extended family ini berbeda dengan format Nuclear Family yang banyak dilakukan di negara-negara seperti Eropa, Amerika dan Australia. Di mana nuclear family yakni satu struktur keluarga induk seperti ayah, ibu dan anak saja.
"Kalau extended family ini biasanya ada nenek, paman atau bude yang ikut dengan kita, karena memang mereka membutuhkan kehangatan dari sapaan keluarga. Jadi sekali lagi saya ingin menyampaikan bahwa format keluarga di Indonesia, di Jawa Timur, adalah extended family," paparnya.
"Jadi mohon kepada kita semua kalau masih ada keluarga, lebih baik yang kita lakukan adalah penjangkauan layanan. Pelayanannya tetap, kalau misalnya sekarang ada PKH plus tetap, tetapi mereka tetap mendapatkan sapaan dan kehangatan dari keluarga. Format seperti ini jangan di balik-balik," tambah Khofifah.
Untuk itu, keberadaan ambulans di Panti Tresna Werdha ini diharapkan dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk memberikan penjangkauan layanan di luar panti atau penanganan non-panti. Penanganan non-Panti ini juga yang disiapkan PKH plus.
Penanganan non-panti ini, antara lain bagi lansia yang hidup sebatang kara di rumahnya dan membutuhkan akses layanan kesehatan. Tak hanya itu, penanganan non-panti juga bisa mengindentifikasi rumah para lansia yang masuk kategori Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), agar diprioritaskan mendapatkan program rumah tinggal layak huni.
![]() |
Untuk itu, Khofifah meminta para UPT Dinsos atau Tresna Werdha yang ada di Jatim ikut menyisir rumah-rumah lansia yang masuk kategori Rumah tidak layak huni. Yang akan segera diprioritaskan mendapatkan renovasi program rumah tinggal layak huni.
"Jadi ketika kita menemukan lansia yang ternyata rumahnya tidak layak huni, tolong itu diprioritaskan dan dikordinasikan dengan Pak Kepala Dinsos. Saya minta tolong ini agak serius untuk memberikan layanan kepada mereka yang sudah lansia yang masih berada pada rumah yang tidak layak huni. Saya juga sudah mengkomunikasikan dengan Baznas Jatim untuk memasukkan ini dalam kategori prioritas program mereka," paparnya.
Penjangkauan rumah lansia yang tidak layak huni ini sangat penting karena seringkali keberadaannya tidak terpantau. Karena, lokasi rumahnya yang sebenarnya berdekatan dengan rumah-rumah permanen sehingga seringkali terlewat.
"Ini seperti yang saya temukan ketika di Jember kemarin. Sisi kanan, kiri, depan, belakang rumahnya cukup permanen. Itulah artinya pentingnya penjangkauan. Jadi tim dari Panti Tresna Werdha tolong tetap melakukan koordinasi penjangkauan. Tugas ini adalah tugas kita semua bukan hanya domain provinsi, bukan hanya domain Dinas Sosial, tapi kita semua bisa saling mengkoordinasikan dan mensinergikan," ungkap Khofifah.
"Bagaimana memaksimalkan infaq shodaqoh kemudian dikomunikasikan dengan Baznas Jatim ini akan menjadi bagian penting. Saya akan mengajak seluruh OPD termasuk UPT yang ada di Pemprov Jawa Timur melakukan hal yang sama kemudian sebagian kita salurkan kepada mereka yang memang membutuhkan seperti yang sudah dilakukan Dinas Sosial saat ini," terangnya.
Ke depan, Khofifah berharap Panti Tresna Werdha terus berinovasi untuk membuat format bagaimana para lansia bisa tetap merasa nyaman tinggal di sana. Yakni dengan membuat lingkungan yang memungkinkan mereka bisa berdiskusi dengan sesama lansia, saling bersapa, sampai dengan memberikan ruang berekspresi dan mengembangkan keahliannya.
"Berekspresi itu ada yang mungkin dulunya pelukis atau sastrawan. Bahkan ada yang pintar berbahasa asing. Mereka ini ingin memberikan kursus secara gratis misal bahasa asing atau melukis tergantung bagaimana kita melihat kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh mereka. Mungkin ke depan bisa disiapkan salah satu UPT yang menjadi Center of excellent format-format seperti ini. Jangan hanya millenial yang dieksplore potensinya di tapi juga para senior citizen atau lansia ini," terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jatim, Alwi mengatakan, mobil ambulans ini akan membantu penjangkauan. Sejak 2020, Dinsos Jatim mengajak seluruh ASN di OPD tersebut untuk mematuhi kewajiban membayar zakat melalui Baznas Jatim.
"Alhamdulillah telah terjadi peningkatan zakat sebesar 900% dari perolehan sebelumnya. Peningkatan perolehan itu sebagian besar diberikan kepada para tenaga kasar yang ada di UPT sebagai tambahan penghasilan mereka. Dan sebagian tambahan penghasilan digunakan membayar asuransi jaminan kematian Ketenagakerjaan di BPJS. Setiap bulan kami bisa membantu Rp. 500 ribu kepada 115 tenaga kasar di tiap UPT," katanya.
Selain menyerahkan ambulance, Khofifah turut menyerahkan santunan Jaminan Kematian Sebesar Rp 42 juta kepada Ahli Waris dari Orang Tua Alm. Ade Safryantono, Karyawan UPT Perlindungan dan Pelayanan Asuhan Balita Sidoarjo.