Ibunya, Maslukah (56) mengatakan, Alim mengalami keterbatasan fisik sejak lahir. Namun, ia baru mengetahui kondisi tersebut saat putri sulungnya itu berusia 2 tahun.
"Separuh tubuhnya (yang sebelah kanan) kata dokter kekurangan zat kapur sehingga kurang kuat untuk aktivitas," kata Maslukah kepada wartawan di rumahnya, Desa Banjartanggul, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Selasa (7/9/2021).
Separuh tubuh Alim sebelah kiri, lanjut Maslukah, dalam kondisi normal. Sehingga gadis kelahiran Mojokerto, 17 September 22 tahun silam ini mengandalkan tangan kirinya untuk beraktivitas sehari-hari.
Begitu pula untuk bermain bulutangkis. Putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Maslukah (56) dan Sukohandoko ini mengandalkan kekuatan tangan kirinya.
"Semuanya kidal, untuk bertanding juga kidal," terang Maslukah.
Keterbatasan fisik tak lantas membuat Alim putus asa. Ia justru getol berlatih bulutangkis sejak usia 5 tahun. Mengayuh sepeda tiga kali seminggu ke tempat latihan sekitar 5 Km jauhnya, ia lakoni.
Latihan kerasnya mulai berbuah manis pada 2013 lalu. Kala itu, ia dipanggil ke pelatnas di Solo, Jateng dan menjadi salah satu atlet National Paralympic Committee (NPC) Indonesia.
Tahun berikutnya, Alim sukses meraih medali perak di Asian Paragames Incheon, Korea Selatan tahun 2014. Selanjutnya, ia sukses meraih medali emas di ASEAN Paragames Singapura tahun 2015.
Alim juga sukses memboyong medali emas di Asian Paragames di Indonesia tahun 2018. Terkini, ia meraih medali emas Paralimpiade Tokyo 2020 bersama rekannya, Leani Ratri Oktila, Sabtu (4/9).
Atlet bulutangkis ganda putri Indonesia itu berhasil mengalahkan pasangan China, Cheng Hefang dan Ma Huihui di Yoyogi National Stadium. Keduanya menang telak di dua babak dengan skor 21-18 dan 21-12 dalam waktu 32 menit saja.
Simak Video: Emas Pertama untuk RI di Paralimpiade Tokyo dari Ratri/Khalimatus
(fat/fat)