Benti yang tak lain ibu Waffiq menuturkan, sejak kecil anaknya memang menyukai sesuatu yang jarang diminati anak sebayanya. Peristiwa paling berkesan dirasakannya saat mengajak Waffiq bermain ke alun-alun.
Kala itu di lapangan pusat kota itu tengah ada acara. Uniknya, berbeda dengan anak lain yang tampak menikmati hiruk pikuk suasana, Waffiq justru cuek. Sejak tiba di tempat keramaian, perhatiannya terus tertuju pada penjual buku.
Pun bukan sembarang buku yang dipilihnya, melainkan Kamus Indonesia Inggris. Tentu saja orang tuanya kaget. Apalagi harganya tergolong mahal. Yaitu Rp 75 ribu. Benti lalu mengajak pulang anaknya sambil terus menghibur agar tak menangis.
"Harga segitu kan termasuk mahal. Jadi belum saya belikan seketika," ucap Benti berbincang dengan detikcom, Rabu (1/9/2021).
Rupanya hingga sampai di rumah, Waffiq masih terus terisak. Hal itu mengundang perhatian sang kakek. Setelah mengetahui penyebab cucunya merajuk, si kakek memberi sejumlah uang menyuruh Benti membelikan kamus yang diminta cucunya.
"Dari kecil memang ndak pernah punya permintaan, misalnya diajak jalan-jalan gitu nggak pernah minta mainan atau sejenisnya," kenang Benti tentang anak keduanya.
Memang, lanjut perempuan yang berprofesi pembuat kue anaknya memang tipe pendiam. Meski begitu kesehariannya cenderung ringan tangan. Dia pun kerap minta tolong Waffiq belanja kebutuhan rumah tangga.
Di luar itu, Waffiq kecil juga suka berkumpul dengan teman-temannya. Cabang olahraga yang menjadi favoritnya adalah sepak bola. Aktivitas itu kerap dilakukannya sore hari saat pulang sekolah.
"Dia itu juga sering bantu-bantu saya membungkus kue. Dia ahlinya kalau itu," papar Benti bangga.
Perhatian terhadap bakat Waffiq juga datang dari ayahnya, Sudarmadi. Sebagai seorang guru, dirinya sejak awal menyadari jika putranya memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dia pun berusaha membimbing agar kelak si anak berhasil.
Ada tiga nilai yang selalu ditekankan Sudarmadi sebagai ayah kepada anaknya. Yakni tekun belajar, sering mengikuti event kompetisi untuk untuk mengasah kemampuan, serta mengandalkan kekuatan doa.
"Saya selalu nasehati. Kalau berhasil kuncinya tiga hal itu," tutur Sudarmadi seraya menjelaskan dirinya selalu mendampingi anaknya pada tiap jenjang kompetisi. (iwd/iwd)