Kebokicak Disebut Keturunan Patih Majapahit, Ini Warisannya di Jombang

Kebokicak Disebut Keturunan Patih Majapahit, Ini Warisannya di Jombang

Enggran Eko Budianto - detikNews
Minggu, 29 Agu 2021 10:16 WIB
Pemerhati Sejarah Jombang Dian Sukarno mengatakan, Kebokicak dipercaya sebagai cucu dari Ki Ageng Buwono yang mendirikan padepokan di Kedung Bungkil, Megaluh, Jombang. Ki Ageng Buwono merupakan kakak seperguruan Ki Ageng Pranggang yang mendirikan padepokan di Karangkejambon, atau Desa Dapurkejambon, Kecamatan Jombang.
Pemerhati Sejarah Jombang Dian Sukarno/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Jombang -

Kebokicak dikenal sebagai tokoh yang sakti dan keturunan patih Majapahit. Warisannya terus dipelihara hingga zaman modern saat ini.

Pemerhati Sejarah Jombang Dian Sukarno mengatakan, Kebokicak dipercaya sebagai cucu dari Ki Ageng Buwono yang mendirikan padepokan di Kedung Bungkil, Megaluh, Jombang. Ki Ageng Buwono merupakan kakak seperguruan Ki Ageng Pranggang yang mendirikan padepokan di Karangkejambon, atau Desa Dapurkejambon, Kecamatan Jombang.

Menurut Dian, adik kakak itu hidup pada zaman Majapahit akhir. Pada suatu hari, putri Ki Ageng Buwono, Wandan Manguri dikejar dua siluman buaya karena nekat mencuci baju menjelang magrib di Sungai Brantas. Yakni Lirih Boyo dan Bantang Boyo.

"Saat ia tersesat dan kehausan, ia bertemu dengan pertapa, Patih Maudoro atau Patih Pangulang Jagad, ia diberi petuah. Setelah itu Wandan berhubungan dengan patih hingga hamil. Ia pulang, lalu diusir ayahnya karena hamil di luar nikah," kata Dian kepada wartawan, Minggu (29/8/2021).

Wandan Manguri lantas dirawat Ki Ageng Pranggang di Karangkejambon yang sekarang menjadi Desa Dapurkejambon. Ia melahirkan seorang putra tampan yang ia beri nama Joko Tulus. Saat berusia 9 tahun, Joko Tulus pergi ke Trowulan yang saat itu ibu kota Majapahit untuk mencari ayahnya.

Ayah Joko Tulus, kata Dian, ternyata Patih Kerajaan Majapahit. Maudoro menjadi patih pada masa kekuasaan Brawijaya V atau Prabu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Brawijaya V berkuasa pada 1474-1498 masehi.

Di tengah perjalanan, Joko Tulus bertemu dengan pertapa di Hutan Jalinan. Ternyata pertapa tersebut adalah kakeknya, Ki Ageng Buwono yang sedang menebus dosa karena tega mengusir putrinya. Joko Tulus pun bertanya arah jalan ke Trowulan. Namun, Ki Ageng Buwono tak bergeming lantaran sedang bertapa.

"Joko Tulus meludahi dan menendang Ki Ageng Buwono sampai pertapaannya terhenti. Ki Ageng Buwono menjulukinya dengan Kebokicak karena wataknya yang seperti kerbau," jelasnya.

Cerita Dian jauh berbeda dengan penuturan M Subbatul Alimi (54), keturunan kesembilan Kebokicak. Menurutnya, Ki Ageng Pranggang dipercaya merawat selir Raja Brawijaya V atau Prabu Natha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya bernama Wandan Kuning di padepokannya di Dapurkejambon. Karena saat itu Wandan Kuning dalam kondisi hamil.

"Wandan Kuning melahirkan seorang putri bernama Wandan Wanuri yang menjadi istrinya Kebokicak. Wandan Kuning diperistri Mbah Pranggang," tuturnya.

Tonton juga Video: Warga Tulungagung Temukan Sumur Kuno Diduga Era Majapahit

[Gambas:Video 20detik]



Kebokicak sendiri, lanjut Alimi, berasal dari wilayah Tampingmojo, Tembelang, Jombang. Pemilik nama Joko Tulus itu terkenal sakti pada Zaman Majapahit akhir. Konon untuk membunuhnya, kepalanya harus dipenggal, lalu dipisahkan dari tubuhnya di selatan ke wilayah utara Sungai Brantas.

Merasa dirinya sakti, Kebokicak berambisi memperluas wilayah kekuasaannya di Jombang. Sampai di Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, ia bertemu Mbah Muktar yang diyakini Alimi keturunan Jaka Tingkir, putra dari Sunan Jenu, Tuban. Kebokicak kalah bertarung dengan Mbah Muktar dan menderita luka parah.

Ia akhirnya memeluk Islam karena disembuhkan Mbah Muktar. Tidak hanya itu, Kebokicak juga membantu menyebarkan ajaran Islam setelah lulus belajar di padepokan Mbah Muktar. Semangat syiar Islam itulah yang diwarisi Alimi dari nenek moyangnya.

"Karena Kebokicak sudah berjuang untuk perkembangan Islam di Dapurkejambon, kami meneruskan sesuai kondisi saat ini," ungkapnya.

Pria yang juga menjabat Kepala Desa Dapurkejambon ini meneruskan kerja keras kakeknya mengembangkan ajaran Islam. Antara lain dengan memelihara masjid dan sekolah Islam yang didirikan kakeknya tahun 1978 silam.

"Sampai kakek saya berani mendirikan Yayasan Kebokicak. Sekolah yang didirikan kakek saya tahun 1978, sekarang siswanya 200 lebih," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.