Kisah Suwarni, Nenek 68 Tahun yang Istikamah Merawat Jenazah COVID-19

Kisah Suwarni, Nenek 68 Tahun yang Istikamah Merawat Jenazah COVID-19

Esti Widiyana - detikNews
Selasa, 10 Agu 2021 10:43 WIB
nenek suwarni perawat jenazah covid-19
Nenek Suwarni saat dipakaikan baju hazmat (Foto: Esti Widiyana)
Surabaya - Perawat jenazah bukanlah sebuah profesi yang banyak diminati. Profesi ini juga bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.

Namun Suwarni istikamah menjalaninya. Suwarni telah menjadi perawat jenazah sejak belia hingga kini usianya 68 tahun. Ia menjalani pekerjaan mulianya sebagai perawat jenazah mulai dari memandikan hingga mengkafani jenazah perempuan.

Meski usianya tak lagi muda, namun jiwa sosial nenek Suwarni masih tinggi. Ia tetap bersemangat menjadi perawat jenazah di masa pandemi ini dengan merawat jenazah pasien COVID-19. Yang ia pikirkan adalah empati dan ibadah untuk bisa menolong jenazah pasien COVID-19 di

Saat ditawari untuk menjadi seorang relawan, Suwarni tak berpikir panjang untuk menerimanya. Suwarni merawat jenazah COVID-19 di blok krematoriun Keputih, Surabaya.

nenek suwarni perawat jenazah covid-19Nenek Suwarni saat dipakaikan baju hazmat (Foto: Esti Widiyana)

Ketika jenazah COVID-19 datang, Suwarni bergegas menyiapkan kebutuhan untuk memandikan jenazah hingga bersih di dalam ruangan yang dibuat secara portabel selama 35 menit. Jenazah Corona di mandikan dengan bersih menggunakan shampo dan di sabun.

"Kita tidak meminta COVID itu ada. Dan kita sebenarnya tidak mau ada hal seperti ini, tapi ya kita harus jalani, saya tidak berpikiran negatif atau takut tertular. Yang ada dalam pikiran saya adalah rasa empati. Kasian mereka ini kalau tidak di sucikan. Saya sudah tua, menjalani seperti ini juga bagian dari ibadah," cerita Suwarni setelah merawat jenazah COVID-19 di Pemakaman Keputih, Selasa (10/8/2021).

Karena usianya yang rentan terpapar COVID-19 dan harus bekerja dua sif, pagi dan sore, Suwarni wajib menggunakan dobel APD. Seperti sarung tangan, dan masker saat masuk ke ruangan jenazah perempuan bersama rekan sejawatnya.

Suwarni mengatakan saat merawat jenazah dengan menggunakan dobel APD, masker, face shield dan sarung tangan, dia merasa tidak ada bedanya dengan merawat jenazah biasa. Bedanya pada saat setelah disucikan, jenazah harus dikafan lalu di tumpuk dengan plastik.

nenek suwarni perawat jenazah covid-19Nenek Suwarni dalam balutan hazmat (Foto: Esti Widiyana)

"Kalau untuk yang beragama Islam sama saja. Yang beda hanya ditambah dengan plastik, itu juga sama dengan yang nasrani yang barusan saya rawat. Jika dibilang panas ya panas tapi kita tetap harus menjalani. Dan setiap hari saya harus bawa tiga baju ganti karena setiap selesai merawat saya harus cuci tangan dan kaki, dan mandi ganti pakaian," cerita nenek Suwarni.

Ketulusan dan keikhlasan wanita paruh baya ini menjadi salah satu hal yang menginspirasi bagi semua orang. Pesan yang disampaikan pun cukup mendalam, seperti berempati dan ibadah.

"COVID ini bukan untuk ditakuti. Karena apa, karena bukan hanya Indonesia saja yang mendapat musibah ini, tapi juga seluruh dunia. Dan ini atas kehendak tuhan. Seharusnya dengan diberi seperti ini kita harus intropeksi diri dan lebih banyak berempati dan ibadah saling bantu dengan sesama. Karena kadang kasihan mereka yang kami rawat hingga akhir hidupnya keluarganya tidak mendampingi, maka kita ini yang wajib menolong," tandas Suwarni. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.