Jerit dan Tangis Pedagang di Surabaya Tutup karena PPKM: Hancur Hati Saya

Jerit dan Tangis Pedagang di Surabaya Tutup karena PPKM: Hancur Hati Saya

Esti Widiyana - detikNews
Kamis, 05 Agu 2021 19:00 WIB
jembatan merah plaza (JMP) Surabaya
Jembatan Plaza Surabaya (JMP) (Foto: Esti Widiyana/detikcom)
Surabaya -

Selama PPKM Darurat sejak 3 Juli dan diperpanjang hingga 9 Agustus 2021, pusat perbelanjaan dan mal ditutup. Hal ini membuat para pedagang di Surabaya menjerit dan menangis.

Tak hanya tidak memiliki pembeli dan pemasukan, para pedagang juga memikirkan nasib para karyawannya. Seperti salah satu pedagang pakaian muslim dan perlengkapan haji di Jembatan Merah Plaza (JPM) Surabaya, Fatimah (60). Dagangannya yang biasanya sepi, kini tambah tak ada pemasukan karena sudah sebulan lebih tokonya tutup.

"Hancur, barang begitu banyak nggak ada pembeli sama sekali. Mulai habis lebaran sepi, toko aja kosong," kata Fatimah kepada detikcom di Surabaya, Kamis (5/8/2021).

Bahkan, Fatimah mengaku harus menjual sejumlah asetnya untuk melanjutkan hidup.

"Barang nggak laku semua, makan kan penting, uang sekolah tetap dibayar. Apa yang kita punya kita jual. Akhirnya jual barang, semua barang dijual, logam utama dijual. Uang simpanan ya harus keluar untuk makan," tambahnya.

Saat disinggung terkait keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang resmi membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sewa bagi pedagang eceran di pasar tradisional hingga mal, Fatimah mengaku menyambut hal ini dengan baik. Namun, dia juga menyoroti wacana pemerintah yang hendak mewajibkan masyarakat divaksin yang boleh masuk pusat perbelanjaan.

"Kalau dikontrakkan gratis yang penting bayar service charge ya mau. Sekarang ada lagi pembeli masuk harus punya kartu vaksin tambah hancur, kan nggak semua berani vaksin, kalau saya sudah vaksin, kalau yang lain? Tambah melarat kehidupan kita," kata Fatimah.

Ia pun meminta kepada pemerintah, agar PPKM tidak lagi diperpanjang dan cukup sampai 9 Agustus.

Simak juga 'Pengunjung ke ITC Harus Sudah Vaksin, Pedagang: Sudah Susah, Dipersusah':

[Gambas:Video 20detik]



"Sudah capek. Saya ke JMP ini nangis saya, ada orang pesan, saya ke toko cuman ambil barang saya lihat sepinya kayak gini semua tutup. Di dalam toko mereka ini ada uang, kan barang ini sama dengan uang tapi ndak ada pembeli. Ya Allah kasihan. Mau sampai kapan kayak gini. Kemarin saya lewat Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo semuanya buka, mal juga," ujarnya.

Fatimah berharap pemerintah kembali membangkitkan perekonomian seperti sedia kala. Melihat kosongnya pusat perbelanjaan karena tutup, membuatnya tak sanggup membendung air mata.

"TP yang megahnya kayak gitu tutup sepi, nangis aku. Ya Allah, mau jadi apa kita punya ekonomi ini. Seperti kota mati. Ekonomi kita jangan diberhentikan gini, ya Allah, hancur hati saya melihat ekonominya diberhentikan. Yang jual makanan, yang jual pakaian, mal, semuanya tutup," cerita dia.

Sama halnya dengan yang dirasakan Sujianto, salah satu pedagang dan Ketua Paguyuban Pedagang Pusat Grosir Surabaya (P3GS). Karena pusat perbelanjaan tutup, banyak karyawan yang dirumahkan.

jembatan merah plaza (JMP) SurabayaToko Jembatan Merah Plaza (JMP) Surabaya tutup/ Foto: Esti Widiyana

"Yang dirasakan pedagang sudah berat, kami sudah merumahkan karyawan gantian, hampir 30-40%. Karena kami sendiri aktivitas berkurang, penghasilan berkurang, karyawan kami gilir, kalau saya. Lainnya langsung dirumahkan. Kami karyawan lebih dari 30-40 orang kami berusaha semaksimal, kami pertahankan supaya bisa bekerja meski dengan kapasitas 50% untuk betul-betulkan barang, datang ke rumah, supaya tetap bekerja," jelas Sujianto.

Bahkan, sampai saat ini ia tetap masih membayar, termasuk pajak bumi dan bangunan (PBB) dan tidak ada kemunduran. Untuk pajak juga tiap bulan tetap melapor, meskipun penghasilan tidak ada.

"Semoga ada keringanan buat pedagang. Kami ini kan distributor, kami ini grosir," ujarnya.

Ia berharap, agar PPKM level 4 ini tidak diperpanjang lagi. Meskipun nantinya tetap diperpanjang, setidaknya pusat perbelanjaan bisa buka, walaupun maksimal.

"Kalau minimal buka, setidaknya kita masih bisa terima uang cash. Kalau online ini kan kecil, karena orang cuman beli satu. Kami di online biayanya juga tinggi. Kami minus di online, bayar promosi, jaga, internet, ndak efektif pemerintah gembar gemborkan online karena kami grosir," kata Sujianto.

Karena tutup sebulan lebih ini, penjualan dan omzetnya turun hingga 90%. "Sudah turun 80-90% begitu tutup total, cuman bisa jual online kecil, ngirim ke langganan yang masih bisa ditelpon. Karena kebanyakan yang datang penjual toko biasa, kaki 5. Begitu tutup omset turun 80-90%," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.