Aksi damai ini digelar mulaiseniman tradisional, musisi, hingga penyanyi. Aksi unjuk rasa seniman ini berawal dari meme yang beredar luas di media sosial. Meme tersebut mengajak seniman modern dan tradisional, MC, Penyanyi, Musisi, Tukang Sound, Tukang Tarub, Tukang Rias, Tukang kuwade, tukang shooting, tukang foto manten dan PKL untuk turun ke jalan pada 5 Agustus 2021. Tujuannya meminta hak dan kepastian perekonomian.
Aksi unjuk rasa ini sempat dikabarkan urung dilaksanakan. Namun sekitar seratusan seniman yang sudah terlanjur datang di depan kantor Bupati Banyuwangi tetap melaksanakan aksi unjuk rasa secara damai. Mereka meminta pemimpin Banyuwangi memberikan solusi atas apa yang mereka alami.
Aksi unjuk rasa itu juga diikuti salah satu penyanyi terkenal asal Banyuwangi, Wandra Restusiyan. Pelantun lagu Keluangan ini juga mengetahui adanya aksi ini dari meme yang beredar. Dia tergerak untuk hadir sebagai bentuk solidaritas pada sesama seniman khususnya pada pemusik.
"Ini bentuk solidaritas saya pada teman-teman. Saya juga terdampak, tapi saya masih ada usaha sampingan di luar musik sehingga masih bisa bertahan," jelasnya kepada wartawan.
Dia menambahkan, bagi seniman yang hanya menggantungkan hidupnya dari seni yang dia geluti atau murni dari musik benar-benar merasakan dampaknya.
Banyuwangi, kata dia, tidak hanya dikenal dari pariwisatanya saja. Tetapi musik dan lagu-lagunya juga. Bahkan musik dan lagu Banyuwangi sudah mengharumkan nama Banyuwangi hingga ke kancah nasional. Berbicara masalah musik, menurutnya orang-orang inilah yang punya peran besar sampai musik dan lagu Banyuwangi dikenal secara nasional.
"Setiap masalah pasti ada solusinya," jelasnya.
Salah satu solusi yang mungkin bisa diambil pihak pemkab Banyuwangi bagi pelaku seni adalah menyediakan panggung untuk pertunjukan yang disiarkan secara live streaming. Karena di masa PPKM Darurat semuanya mengedepankan dunia digital.
"Misalnya Pemda menyediakan tempat untuk live streaming dan ada saweran onlinea. Setiap hari digilir siapa yang tampil. Orang yang main di situ yang menerima sawerannya, selesai," ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sandi Prayogo (25) pelaku seni Jaranan. Warga Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring ini mengaku sejak pandemi COVID-19 terjadi, dia dan teman-temannya komunitas seniman jaranan sama sekali tidak pernah manggung. Dirinya sengaja datang untuk menyampaikan aspirasi agar mendapatkan solusi.
Karena tidak pernah manggung, dia dan temannya selama ini bekerja serabutan. Yang penting, kata dia, bisa mencari nafkah secara halal. Dia sendiri mengaku kini membuka kios bensin di rumahnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Makanya saya datang ke sini. Intinya kami ingin bisa bekerja kembali seperti sebelumnya," jelasnya. (fat/fat)