"Pantainya keluar darah ini. Bagaimana ini di Grajagan ini. Lautnya keluar darah," ucap perekam seperti dalam video yang dilihat detikcom, Selasa (3/8/2021).
Di sisi yang lain, tampak pula air berwarna merah seperti darah, muncul saat pasir digali beberapa sentimeter. "Lah ini seperti darah segar. Apa karena ada nelayan yang bersihkan ikan? Tapi tidak mungkin sampai keluar darah merah banyak seperti ini," tambahnya.
Suwito, warga sekitar Pantai Grajagan mengatakan, baru pertama kali melihat cairan merah mirip darah keluar dari pantai. Ia mengaku khawatir.
"Ya khawatir saja, karena saya belum pernah melihat seperti ini," ujarnya.
Menurut Dosen Pertanian dan Perikanan di Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Mega Yuniarti, Harmful Algal Blooms merupakan ledakan populasi alga. Suatu kondisi di mana populasi alga di dalam ekosistem perairan mengalami peningkatan dikarenakan perubahan kondisi lingkungan.
Ledakan populasi alga dapat menyebabkan perubahan warna pada ekosistem perairan dengan warna sesuai jenis alga. "Harmful Algal Blooms (HAB) atau ledakan populasi dari fitoplankton. Nah ledakan ini apabila warna merah dari jenis alga Pyrodinium bahamense," ujar Mega kepada detikcom, Selasa (3/8/2021).
Wilayah pantai khususnya muara, kata Mega, menjadi lokasi pembuangan limbah pertanian dan domestik dari arah hulu. Sehingga memungkinkan menyuburkan perairan dan menyebabkan ledakan populasi alga.
"Tentu ini menjadi hal yang buruk karena mengandung neurotoksin yang berbahaya bagi biota laut di sana. Bisa mati," tambahnya.
Meski begitu, kata Mega, fenomena pantai keluarkan 'darah' di Pantai Grajagan belum pasti karena alga merah. Pasalnya, warna merah itu hanya muncul di beberapa titik saja.
Selain warna merah yang menyebar di permukaan laut, ciri-ciri lain fenomena red tide yakni ikan yang berada di area tersebut banyak yang mati. "Fenomena red tide inikan beracun. Jadi biasanya banyak ikan-ikan yang mati jika memang itu fenomena red tide," imbuhnya.
Namun, jika cairan merah darah yang muncul hanya di beberapa titik saja dan tidak menyebabkan permukaan air laut berwarna merah secara masif, maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudera mengaku sudah memperoleh informasi terkait video pantai keluarkan 'darah' tersebut. "Ini saya mau ke sana (Pantai Grajagan) untuk memeriksa. Bisa jadi fenomena itu karena ada alga atau plankton yang mati. Sehingga terjadi fenomena red tide. Informasinya baru di Pantai Grajagan saja, di tempat lainnya belum ada," kata Suryono kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).
Menurut Suryono, fenomena air mirip darah merupakan red tide. Ini biasa terjadi saat perubahan musim. Hal tersebut dikarenakan perbedaan suhu di dasar dan permukaan laut.
"Kayak gitu itu sering terjadi karena perubahan musim, sehingga plankton mati. Ini terjadi karena up welling, yakni ada arus vertikal dari dasar laut menuju permukaan karena perbedaan suhu," imbuhnya.
Fenomena red tide, kata Suryono, berbahaya bagi ekosistem biota laut. Sebab, fenomena tersebut biasanya mengeluarkan zat amonia yang mengakibatkan ikan-ikan di area tersebut mati.
"Ini akan kita cek, karena khawatir kejadian itu mengeluarkan amonia. Ini bisa menjadi racun bagi biota yang ada di sana," pungkasnya.