Para sopir angkot mengaku perpanjangan ini membuat hidupnya semakin berat. Terlebih penghasilan mereka terus menurun karena sepi penumpang. Bantuan pun tak kunjung ada.
Seperti hal yang dirasakan Ali Arrushy (59). Sopir angkot P jurusan Joyoboyo-Karangmenjangan mengaku hidupnya semakin berat sebagai sopir angkot.
"Kalau saya keberatan. Urip kulo tambah abot (Hidup saya tambah berat). Soalnya semuanya (Jalan) ditutup. Terutama lyn ini (Jurusan) rumah sakit. Nopo mawon (Apa aja) ditutup, jalan-jalan ditutup. Dari luar kota itu tidak bisa masuk. Lha ini menanti (Penumpang) dari luar kota, kemudian ke dalam kota," kata Ali kepada detikcom, Selasa (3/8/2021).
Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Pemilik Warkop di Surabaya: Innalillahi |
Ali mengaku seharusnya tidak ada penutupan jalan. Namun, protokol kesehatan (Prokes) benar-benar diperketat pemerintah. Seperti warung, jam buka mal tutupnya diperketat.
"Seharusnya (PPKM) itu tidak perlu diperpanjang. Seng penting niki nggih prokese mawon seng diperketat (Yang penting ya prokesnya saja yang diperketat), umpamane warung-warung jam pinten kudu tutup (Seperti warung-warung harus tutup jam berapa), termasuk mal-mal termasuk lainya diperketat saja. Ini (PPKM) pengaruhnya besar," ungkap Ali.
Ali menegaskan, pekerjaan sebagai sopir angkot saat ini tidak cukup buat setoran dan hanya cukup buat beli bensin saja. Apalagi untuk membiayai hidup anak dan istrinya. Dirinya saat ini hanya bisa pasrah dan mensyukuri keadaan untuk bisa tetap bertahan. Apalagi usianya yang sudah lanjut dan tidak bisa bekerja selain menjadi sopir angkot.
Pria yang hampir 40 tahun bekerja sebagai sopir angkot mengaku profesi yang digeluti semakin sepi karena banyaknya ojol. Apalagi saat ini diterjang pandemi COVID-19.
"Kalau dulu bisa 4 PP (pulang-pergi), adanya ojol tinggal 2 PP. Sekarang (pandemi) 1 PP saja sulit. Hanya pasrah," ungkap Ali.
Hal senada diungkapkan Tuwono (39). Dia mengakui saat ini narik pulang pergi hanya bisa menghasilkan Rp 30 ribu. Dari penumpang dia hanya menerima Rp 5 ribu.
"Satu PP satu hari dapat Rp 30 ribu buat bensin saja. Buat makan tekor, selalu ngutang (Utang)," ujar Tuwono.
"Ini mulai adanya Corona lebih parah. Corona kemarin (Tahun lalu) masih mending jalan tidak ditutup. Tapi sekarang PPKM Darurat. Ini dampaknya luar biasa. Kita mengharap rupiah dari jalanan. Sedangkan di jalan nggak ada orang naik, dari mana dapat rupiah. Jalan-jalan ditutup. Anak istri makan apa. Bantuan belum pernah ada yang datang," tandas Tuwono.