Pasalnya, pendapatan mereka menurun drastis. Selain itu dirinya harus bersabar menunggu berjam-jam penumpang untuk naik kendaraaannya.
Seperti yang dirasakan Aziz (41) sopir angkot jurusan Joyoboyo-Lakarsantri-Menganti sejak PPKM tidak ada penumpang sama sekali. Dia mengaku menanti 5 hingga 7 penumpang saja harus menunggu berjam-jam. Setelah itu perjalanan bisa dimulai.
"Semenjak PPKM ini, penumpang itu nggak ada. Kita berangkat dari Menganti ke Joyoboyo, cuman membawa dua orang, kadang juga satu orang. Terus kita antre di sini, nggak bisa penuh," ungkap Aziz kepada detikcom, Senin (2/8/2021).
Dari 7 penumpang yang diangkut Aziz, dia hanya mendapat uang tidak sampai Rp 50 ribu. Tarifnya sendiri untuk tujuan Menganti, Gresik sekitar Rp 10 ribu. Sedangkan penumpang yang turun di Lakarsantri, Surabaya hanya Rp 5 ribu.
Baca juga: PPKM Berakhir Hari Ini, Pemerintah Diminta Cermat Ambil Keputusan |
"Belum jasa muatnya di sini Rp 5 ribu (Makelar penumpang)," ungkap Aziz.
Aziz yang sudah menjadi sopir angkot selama 8 tahun mengaku hidupnya sengsara sejak PSBB hingga PPKM. Dalam satu hari bisa narik angkot pulang-pergi (PP) sebanyak tiga kali. Dengan penghasilan bersih sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.
"Pendapatan bersih itu sekitar Rp 100 ribu, Rp 150 ribu. Dulu setor itu mahal mas, ada yang Rp 70 ribu ada yang Rp 50 ribu itu masih bisa (setor). Tapi kalau sekarang, jangankan setor Rp 50 ribu. Kita cari setoran Rp 30 ribu aja susah. Karena ada buat beli bensin, buat makan kita sendiri itu kadang nggak cukup," ungkap Aziz.
Selama pandemi ini, Aziz mengakui setoran penghasilan ke juragan angkot banyak yang gantung.
"Setor itu mas, banyak yang gantung, dalam arti gantung itu, kalau kita ada ya kita setorkan, ya dikasihkan, kalau tidak ada ya kita ngomong baik-baik gitu aja," kata Aziz.
(fat/fat)